Liat kiriman kunci tentang celebration Buy Nothing Day menarik juga. This is such a good idea untuk mengekan nafsu belanja yang sudah mendarah daging. Hari tanpa belanja ini dirayakan ntar 26 November artinya selama 24 jam hari itu dilarang melakukan transakasi apapun. Dalam rangka Buy Nothing Day ini kunci meng-encourage orang buat sharing pengalaman belanja sperti dikisahkan dalam www.kisahbelanja.blogspot.com. Buy nothing day is a good way of giving such awareness about the culture of consumerism.
Kalo dibandingkan pengalaman belanja di Indo dengan di Aussy sangat menarik. Sebuah gaya belanja yang unik. Bisa kita kategorikan weekly shopping buat keperluan: makanan, luch box dan toilteries dan exessive shopping; baju yang lagi in, shopping karena discount, ada barang yang diincer dan rengekan sang anak dan lagi-lagi ada factory outlet baru.
Untuk weekly shopping food supply dan toiletries.
Indonesia: Kita sebenarnya bisa beli-beli kapan aja, soalnya warung ada dimana-mana. Kadang kalo kita kesupermarket yang dibeli gak cuma food supply atau toiletries tapi macem-macem bisa barang elektronik atau yang gak penting-penting. Kelihatannya ada kebiasaan di Indo untuk kalangan menengah kebawah, belanja di Mall adalah untuk gaya aja dan menganggap bekanja di Mall dan supermarket untuk belanja sambil window shopping. Belanja keperluan rumah tangga yang sesungguhnya adalah di pasar traditional yang cenderung lebih murah tapi gak gaya jadi gak dianggap seperti shopping.
Kalo disini, berhubung jarang ada warung ya terpaksa belanja food supply and toiletries harus weekly atau forthnightly - kalo nggak bisa berabe, shopping tiap hari ke supermarket? - nggak dech. Apalagi Asian food yang gak setiap supermarket menyediakannya. Kalo ada salah satu jenis Asian food yang kelewat ketika shopping ya kepaksa ditahan aja walopun kebelet. Dan yang pasti beli halal meat yang harus diperhatikan soalnya jarak dari tempat tinggal lumayan juga, jarang bahkan gak ada supermarket yang menyediakan halal meat. Bedanya dengan di Indo adalah semuanya bergaya swalayan meski ada toko di 'low income suburb' yang mirip dengan pasar traditional (kotornya).
No comments:
Post a Comment