Sunday, February 04, 2007

First Week of Year 1


Ketika mengambil mata kuliah Teaching Literacy and Multiliteracy, rasanya heran kok bisa yaa ada sistem belajar baca anak-anak secanggih yang aku baru aja temuin setelah my dear Lara spent week 1 di Ironside SS. Lagian keliatannya anak-anak tidak terbebani, malah yang sibuk adalah parents. Memang dari sejak aku kerja di project bidang pendidikan, si project orang bule ini selalu mempromosikan perant teacher, parents and community. Memang orang-orang dikdasmen waktu itu setuju tapi apa bener bisa dijalankan seperti di luar negeri, yang kali ini aku bener-bener merasakan kalo peran parents sangat signifikan dan jangan lupa tidak berarti guru mengajar asal-asalan. Seperti biasa di Indo, penerapan kolaborasi ini pasti gak merata, coba bayangkan buat anak SD yang di pedesaan atau daerah kumuh. Peran parents sangat besar untuk kemajuan pendidikan. Tapi dilain pihak guru (typically di Indo) juga merasa cuek karena ada kebijakan orang tua harus berperan aktif mendukung pendidikan sang anak. Dirasakan di sini, Mrs. Black guru year 1 my dear Lara ternyata kerjaannya sangat berat. Yang paling keliatan adalah ketika kutanya Lara siapa yang nempelin semua cover/judul buku, jawabannya adalah Mrs. Black. "She is always very busy mummy?" Week 1 parents dapet assignement book covering, ternyata sistem yang diciptakan untuk mempermudah si anak bagus banget sejalan seperti yang aku pernah pelajari di matakuliah tadi. Ada beberapa writing book dan scrap book yang menarik untuk record:



  1. Ada word book yang isi adalah buku tulis blank dikasi judul 'word book'. Buku ini untuk belajar baca dengan trick 'sight word' yang nantinya akan nyambung dengan buku lain mengenai 'popper words'. Popper words dan sight words ini hampir mirip yang tujuannya adalah supaya si anak gak usah mengeja tapi langsung, begitu ada tulisan dengan bentuk sperti 'RED' langsung responnya dibaca red. Sistem ini kalo aku gak lupa pake behaviourism. Di buku ini juga ada segudang hints dan assignment untuk parents mendukung si anak belajar popper words. Seperti menulisi semua benda-benda yang ada di rumah. Pantesan ketika kerumah Mbak Ani Salut, aku liat benda2 di rumahnya ditulisan ternyata ini adalah tugas dari guru year 1. Kalo di Indo sistem ini bandingannya apa yaaa? Buku tulis yang masih nyambung dengan learning words adalah "My Pictionary".

  2. Ada scrap book tentang I'm learning about ... the world around me, other culture, community helpers, my self, m school, families dsb. Setiap anak keliahatannya akan belajar mengenal lingkungannya. Kalo di Indo apa ini PPKN atau IPS yaaaa? Kalo di Indo kayaknya pelajara di kasih label tapi konsep yang diajarkan ke anak ke gitu ketangkap.

  3. Scrapbook yang ketiga adalah my writing journal, dengan begini pengenalan kata 'writing' bukan hal yang tabu, writing bukan berarti menulis tangan tapi berekspresi, menulis adalah cara berekspresi. selama ini ku perhatikan konsep Reading dan Writing di Indonesia sudah salah yaitu, Reading artinya membaca yang cuma decoding (mengeluarkan suara dengan memebaca simbol-saja) kadang tanpa mengerti artinya. Kadang kita baca Qur'an aja cuma membaca arabnya doang artinya belakangan, padahal yang dimaksud reading adalah memperoleh message dari apa yang kita baca bukan cuma decoding. Di Indo itu keliatannya pertanyaan yang diutamakan adalah kuantitas misalnya 'udah khatam Qur'an berapa kali ?' Padahal makna yang dibaca tidak sampai apalagi diterapkan. Writing juga demikian, yang salah memahami, anak disuuruh menulis halus biar tulisannya bagus padahal konsep writing itu sendiri adalah mengekspresikan lewat alat tulisan, terbukti dari scrap book yang diberi judul 'My writing Journal"-nya berisi tentang gambar si anak yang di bawahnya di tulisi tentang komen gambar, misalnya "I am Playing puzzle" dengan gambar diatasnya seorang anak perempuan dan gambar puzzle - meskipun spellingnya gak bener tapi pada tahap ini yang penting ekspresi si anak keluar. Mudah-mudahan di Indo ntar konsep literacy - Reading n Writing - udah diperbaiki.

  4. Satu lagi yang menarik adalah buku tulis yang disampul dengan judul Poems and rhymes. Di sini poems and rhymes itu begitu penting yang sangat kontradiktif dengan di negara kita, sastra sepertinya dianggap rendah dan yang dianggap paling hebat adalah bidang science. Bahkan sampai salahnya orang science itu begitu merasa sakti bisa masuk ke bidang apa aja. Apa lagi bidang bahasa, sebagian orang di tanah air bahkan menganggap rendah orang yang mengambil jurusan bahasa, sampai saudara ku sendiri ada yang bilang "buat apa masuk jurusan Bahasa, udah tinggal les aja." Nggak gitu dong, abis yang mau ngajar bahasa di tempat kursus mau anak teknik, meski ada kasus seperti itu tapi itu gak bisa, bagaimana seorang dari teknik menerapkan psycholinguistic and sociolinguistic-nya. Orang Indo yang udah di luar negeri pun masih meremehkan padahal untuk bisa lulus Aus Aid itu IELTS minimal 6,5 gimana tuch kalo nggak diajarin sama guru bahasa. Di Australia ini, Poems, rhytm and rhymes sudah diajarkan sejak awal-awal belajar bahkan usia dua tahun, contohnya nya ada buku berjudul "Harry MacLarry" yang isinya rhymes melulu. dan ada juga buat yang pre-schooler "Fox in a Sox"-nya Dr. Seuss. Orang-orang kita belum begitu aware dengan pentingnya detail bahasa termasuk apa itu discourse atau wacana. Padahal semua aspek berawal dari wacana. Ah ... untuk menerangkan ini harus panjang dan buka judul posting baru atau liat aja di wiki atau google apa itu analysing discourse. Wah jadi kemana-mana neeh ... intinya adalah, bahasa, sastra dan wacana adalah interconnected aspek of life yang kebanyakan dari kita cuma bisa meremehkannya.

Udah ahhh .... ini cuma tulisan my amazement tentang sistem pendidikan di sini dan kerja keras sang guru. Tapi aku jadi inget kerjaan di childcare ku yang belakangan ini sangat menyita waktu dan bikin exhausted. Ternyata kerja begituan juga sangat berat, terutama kejar setoran buat accreditation. Coral, group leader ku ngasih tahu semua prosedur gimana kalo kita harus menjaga accreditation. Setiap anak punya record sendiri dan di assess kemudian dilihat short term dan long term goalnya udah tercapai atau belum. Ketika kita lagi diskusi tentang hal ini, diskusi kita nyambung banget dan dia rada heran aku kenal istilah-istilah young children education tapi efeknya sekarang aku malah harus selalu menulis daily report sheet for parents, BT kan mana tulisannya Inggris lagi. Tapi it's good for me buat exercising, and I'm quite happy for that. Balik lagi ke sekolah Lara, ternyata yang aku rasakan juga sama kerja di childcare juga perlu tenaga dan otak kalo kita terpaksa disuruh nulis daily sheet.