Wednesday, May 09, 2007

Fastabiqul Khairat

"I was nearly crying mummy, when I looked at their scar. I was so scared". Itulah komen yang keluar dari mulut seorang anak usia 5 tahun ketika melihat saudaranya, dua orang anak perempuan, menjadi korban lahapan api di Aceh.

Sore itu selesai ngajar di Ironside, rencananya pengen ngajak Lara ke tempat keluarga Pak Rasmidin yang baru datang dari Aceh - terkena musibah dan menjadi korban kebakaran sekeluarga. Hendak mengajak seorang anak untuk bisa lebih bersyukur akan nikmat-Nya dan sarana belajar caring terhadap sesama. Kebetulan sore itu juga kita diajak pergi kesana mengantarkan makanan Indonesia. Alhamdulilah ternyata mereka bisa bermain sama Lara seperti anak-anak sehat yang lain walaupun kaki dan tangan mereka perlu perbaikan medis akibat luka bakar.



MasyaAllah, sesampai disana kami melihat anak-anak nya yang terkenai kobaran api, sangat memilukan. Ayahnya bercerita dari awal terjadi sampai bisa datang ke Austalia untuk mendapatkan bantuan medis dari ROMAC. Mendengar ceritanya kita bisa banyak mengambil hikmah dengan apa yang menimpa mereka. Kalau memang Allah SWT menghendaki, lari kemanapun kita dari takdir, Allah pasti memberikan ujian-Nya. Keluarga ini memang sudah menjadi korban Tsunami 2004 silam dan hendak mencari dataran yang lebih tinggi karena trauma dengan gelombang tsunami, maka mereka mendirikan rumah kayu di daerah yang masih tidak terlalu padat penduduknya. Suatu malam ketika gempa hebat melanda Aceh kembali rumah mereka terbakar dan mereka dalam keadaan sedang terlelap. Mereka baru sadar setelah dikepung api, ayahnya menyelamatkan semua anaknya dengan menerobos api berkali-kali hingga dia pingsan selama 21 hari. Kedua anak perempuannya mengalami malformation pada bagian kaki dan tangan akibat luka bakar dan akan dioperasi di sini, Royal Children Hospital Brisbane.

Alhamdulillah, saudara-saudara seiman yang ada disini pun tak kalah sedang berlomba-lomba beramal membatu keluarga Pak Rasmidin. Banyak sekali cerita-cerita tentang kunjungan masyarakat Indonesia yang ada di Brisbane. Mudah-mudahan terhindar dari riya.

Itu adalah satu sisi perjuangan satu keluarga yang sangat nyata untuk memperbaiki nasib anak-anak mereka. Di satu sisi, dalam minggu yang sama masyarakat muslim Indonesia yang sedang berlomba dalam kebaikan lewat Pak Rasmidin, di sisi lain juga ada yang sedang berlomba memperdebatkan mana yang lebih baik Al-Qur'an atau karya sastra, dua kubu berbeda pendapat dengan sengit sampai posting-posting tak sehat berkeliaran. Setiap orang yang punya hati nurani pasti tahu kalau perkara tidak layak untuk diperdebatkan. Tapi apa sih yang sebenarnya mereka cari? Mengapa harus memancing di air keruh? Lihat kembali pencarian Pak Rasmidin yang sungguh-sungguh memperjuangkan hal nyata.

Wednesday, April 25, 2007

Maulid Nabi benarkah ...?

Ahmad Sarwat, Lc.

Fakta yang sesungguhnya dari kehidupan Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada riwayat yang menyebutkan beliau pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan ritual tertentu. Bahkan para shahabat beliau pun tidak pernah kita baca dalam sejarah pernah mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi SAW.Bahkan upacara secara khusus untuk merayakan ritual maulid nabi SAW juga tidak pernah kita dari generasi tabi'in hingga generasi salaf selanjutnya. Perayaan seperti ini secara fakta memang tidak pernah diajarkan, tidak pernah dicontohkan dan juga tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullah SAW, para shahabat bahkan para ulama salaf di masa selanjutnya.Perayaan maulid nabi SAW secara khusus baru dilakukan di kemudian hari. Dan ada banyak versi tentang siapa yang memulai tradisi ini. Sebagian mengatakan bahwa konon Shalahuddin Al-Ayyubi yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani. Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan. Sehingga terjadi interaksi yang majemuk dan melahirkan berbagai pengaruh satu sama lain.Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid ini dimulai pada masa dinasti Daulah Fatimiyyah di Mesir pada akhir abad keempat hijriyah. Hal itu seperti yang ditulis pada kitab Al-A'yad wa atsaruha alal Muslimin oleh Dr. Sulaiman bin Salim As-Suhaimi hal. 285-287. Disebutkan bahwa para khalifah Bani Fatimiyyah mengadakan perayaan-perayaan setiap tahunnya, di antaranya adalah perayaan tahun baru, asyura, maulid Nabi sAW bahwa termasuk maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein serta maulid Fatimah dll. (Al-Khuthoth 1/490).Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa perayaan maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Sa'id Kukburi.Hukum Merayakan Maulid Nabi SAWMereka yang sekarang ini banyak merayakan maulid nabi SAW seringkali mengemukakan dalil. Di antaranya:1. Mereka berargumentasi dengan apa yang ditulis oleh Imam As-Suyuti di dalam kitab beliau, Hawi li al-Fatawa Syaikhul Islam tentang maulid serta Ibn Hajar Al-Asqalani ketika ditanya mengenai perbuatan menyambut kelahiran nabi SAW. Beliau telah memberi jawaban secara bertulis:Adapun perbuatan menyambut maulid merupakan bid'ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para salafush-shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah. Namun perayaan itu penuh dengan kebaikan dan perkara-perkara yang terpuji, meski tidak jarang dicacat oleh perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya.Jika sambutan maulid itu terpelihara dari perkara-perkara yang melanggar syari'ah, maka tergolong dalam perbuatan bid'ah hasanah. Akan tetapi jika sambutan tersebut terselip perkara-perkara yang melanggar syari'ah, maka tidak tergolong di dalam bida'ah hasanah.2. Selain pendapat di atas, mereka juga berargumentasi dengan dalil hadits yang menceritakan bahwa siksaan Abu Lahab di neraka setiap hari Senin diringankan. Hal itu karena Abu Lahab ikut bergembira ketika mendengar kelahiran keponakannya, Nabi Muhammad SAW. Meski dia sediri tidak pernah mau mengakuinya sebagai Nabi. Bahkan ekspresi kegembiraannya diimplementasikan dengan cara membebaskan budaknya, Tsuwaibah, yang saat itu memberi kabar kelahiran Nabi SAW.Perkara ini dinyatakan dalam sahih Bukhari dalam kitab Nikah. Bahkan Ibnu Katsir juga membicarakannya dalam kitabnya Siratunnabi jilid 1halaman 124.Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin Ad-Dimasyqi menulis dalam kitabnya Mawrid as-sadi fi Mawlid al-Hadi : "Jika seorang kafir yang memang dijanjikan tempatnya di neraka dan kekal di dalamnya" (surat Al-Lahab ayat 111) diringankan siksa kuburnya tiap Senin, apalagi dengan hamba Allah yang seluruh hidupnya bergembira dan bersyukur dengan kehadiran Ahmad dan meninggal dengan menyebut "Ahad"?3. Hujjah lainnya yang juga diajukan oleh para pendukung maulid Nabi SAW adalah apa yang mereka katakan sebagai pujian dari Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani.Menurut mereka, Ibnu Hajar telah menulis di dalam kitabnya, 'Al-Durar al-Kamina fi 'ayn al-Mi'at al-thamina' bahwa Ibnu Kathir telah menulis sebuah kitab yang bertajuk maulid Nabi di penghujung hidupnya, "Malam kelahiran NabiSAW merupakan malam yang mulia, utama, dan malam yang diberkahi, malam yang suci, malam yang menggembirakan bagi kaum mukmin, malam yang bercahaya-cahaya, terang benderang dan bersinar-sinar dan malam yang tidak ternilai."4. Para pendukung maulid nabi SAW juga melandaskan pendapat mereka di atas hadits bahwa motivasi Rasulullah SAW berpuasa hari Senin karena itu adalah hari kelahirannya. Selain karena hari itu merupakan hari dinaikkannya laporan amal manusia.Abu Qatadah Al-Ansari meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, menjawab, "Itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul."Hadits ini bisa kita dapat di dalam Sahih Muslim, kitab as-siyam (puasa)Pendapat yang MenentangNamun argumentasi ini dianggap belum bisa dijadikan landasan dasar pensyariatan seremoni maulid nabi SAW.Misalnya cerita tentang diringankannya siksa Abu Lahab itu, mereka mengatakan bahwa Abu Lahab yang diringankan siksanya itu pun hanya sekali saja bergembiranya, yaitu saat kelahiran. Dia tidak setiap tahun merayakan kelahiran nabi dengan berbagai ragam seremoni. Kalau pun kegembiraan Abu Lahab itu melahirkan keringanan siksanya di neraka tiap hari Senin, bukan berarti orang yang tiap tahun merayakan lahirnya nabi SAW akan mendapatkan keringanan siksa.Demikian juga dengan pujian dari Ibnu Katsir, sama sekali tidak bisa dijadiakan landasan perintah untuk melakukan sermonial khusus di hari itu. Sebab Ibnu Katsir hanya memuji malam hari di mana Nabi SAW lahir, namun tidak sampai memerintahkan penyelenggaraan seremonial.Demikian juga dengan alasan bahwa Rasulullah SAW berpuasa di hari Senin, karena hari itu merupakan hari kelahirannya. Hujjah ini tidak bisa dipakai, karena yang saat dilakukan bukan berpuasa, tapi melakukan berbagai macam aktifitas setahun sekali. Kalau pun mau berittiba' pada hadits itu, seharusnya umat Islam memperbanyak puasa sunnah hari Senin, bukan menyelenggarakan seremoni maulid setahun sekali.Bahkan mereka yang menentang perayaan maulid nabi ini mengaitkannya dengan kebiasaan dari agama sebelum Islam. Di mana umat Yahudi, Nasrani dan agama syirik lainnya punya kebiasaan ini. Buat kalangan mereka, kebiasaan agama lain itu haram hukumnya untuk diikuti. Sebaliknya harus dijauhi. Apalagi Rasulullah SAW tidak pernah menganjurkannya atau mencontohkannya.Dahulu para penguasa Mesir dan orang-orang Yunani mengadakan perayaan untuk tuhan-tuhan mereka. Lalu perayaan-perayaan ini di warisi oleh orang-orang Kristen, di antara perayaan-perayaan yang penting bagi mereka adalah perayaan hari kelahiran Isa al-Masih, mereka menjadikannya hari raya dan hari libur serta bersenang-senang. Mereka menyalakan lilin-lilin, membuat makanan-makanan khusus serta mengadakan hal-hal yang diharamkan.Dan akhirnya, para penentang maulid mengatakan bahwa semua bentuk perayaan maulid nabi yang ada sekarang ini adalah bid'ah yang sesat. Sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk menyelenggarakannya atau ikut mensukseskannya.Jawaban dari Pendukung MaulidTentu saja para pendukung maulid nabi SAW tidak rela begitu saja dituduh sebagai pelaku bid'ah. Sebab dalam pandanga mereka, yang namanya bid'ah itu hanya terbatas pada ibadah mahdhah (formal) saja, bukan dalam masalah sosial kemasyarakatan atau masalah muamalah.Adapun seremonial maulid itu oleh para pendukungnya diletakkan di luar ritual ibadah formal. Sehingga tdak bisa diukur dengan ukuran bid'ah. Kedudukannya sama dengan seorang yang menulis buku tentang kisah nabi SAW. Padahal di masa Rasulullah SAW, tidak ada perintah atau anjuran untuk membukukan sejarah kehidupan beliau. Bahkan hingga masa salah berikutnya, belum pernah ada buku yang khusus ditulis tentang kehidupan beliau.Lalu kalau sekarang ini umat Islam memiliki koleksi buku sirah nabawiyah, apakah hal itu mau dikatakan sebaga bid'ah? Tentu tidak, karena buku itu hanyalah sarana, bukan bagian dari ritual ibadah. Dankeberadaan buku-buku itu justru akan membuat umat Islam semakin mengenal sosok beliau. Bahkan seharusnya umat Islam lebih banyak lagi menulis dan mengkaji buku-buku itu.Dalam logika berpikir pendukung maulid, kira-kira seremonial maulid itu didudukkan pada posisi seperti buku. Bedanya, sejarah nabi SAW tidak ditulis, melainkan dibacakan, dipelajari, bahkan disampaikan dalam bentuk seni syair tingkat tinggi. Sehingga bukan melulu untuk konsumsi otak, tetapi juga menjadi konsumsi hati dan batin. Karena kisah nabi disampaikan dalam bentuk syair yang indah.Dan semua itu bukan termasuk wilayah ibadah formal (mahdhah) melainkan bidang muamalah. Di mana hukum yang berlaku bahwa segala sesuatu asalnya boleh, kecuali bila ada dalil yang secara langsung melarangnya secara eksplisit.KesimpulanSebagai bagian dari umat Islam, barangkali kita ada di salah satu pihak dari dua pendapat yang berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya, tentu saja bukan pada tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling menjelekkan, saling tuding, saling caci dan saling menghujat.Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan maulid nabi SAW, suka atau tidak suka, memang telah kita warisi dari zaman dulu. Para pendahulu kita sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.Sementara di masa sekarang ini, sebagai umat Islam, kita justru sedang berada di depat mulut harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan sesamasaudara kitasendiri, hanya lantaran masalah ini.Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

Mimpi Aneh

Hanya sebuah mimpi aneh belaka ...
Di persimpangan jalan ake ketemu jamaah yang gak mau kasih tahu kemana mereka pergi, katanya akan ke Maulid Nabi, tapi aku gak boleh tahu. Karena mereka takut .... Penasaran, aku ikuti kemana mereka pergi, ternyata mereka adalah teman-temanku.

Aku intip apa yang terjadi ... MasyaAllah ... mereka lagi bermain roleplay dengan memegang sebuah boneka plastik. Roleplay itu berupa ritual yang gak pernah kebayang sama sekali akan terjadi ... Katanya ... Setiap perempuan dilarang melihat apalagi mengintip seperti aku. Celaka pasti aku ketahuan ....

Dibalik tirai aku mengintip ... dalam ritual mereka, seorang penghulunya berperan sebagai Abdul Muthalib memegang boneka plastik dan hendak menyunatnya. MasyaAllah ... ampuni aku bila aku sampai berkesimpulan salah dengan apa yang aku lihat. Aku teringat ketika membaca "The Sealed Nectar "... ketika Baginda Rasulullah saw dikhitan di depan Ka'bah oleh kakeknya. Dalam nyanyian dan seruannya terdengar mereka bermain peran seperti itu, Naudzubillah ...

Bagaimana mungkin mereka menjadikan boneka plastik itu sebagai ... aku tak tega meneruskannya. Tapi yang bisa membuatku mempercayai mereka melakukan itu adalah ...

Penghulunya kemudian keluar dan segera tahu bahwa ditempat itu ada yang bukan jamaahnya dan langsung menghardikku dengan mencarai-cari masalah. Kami beradu argumen hingga kuludahi mukanya. Astagfirullah ... dan aku terbangun.

Hadist riwayat Bukhori, dari Umar R.A berkata:
“Janganlah kalian berlebih lebihan dalam memujiku sebagaimana orang orang Nasrani memuji anak Maryam, Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : hamba Allah dan Rasul Allah”

Sunday, April 15, 2007

ATM BCA devastating

Bismillahirahmanirrahim, Ini adalah surat kekecewaan nasabah BCA untuk surat pembaca harian umum Pikiran Rakyat di Bandung. Surat ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan kejadian yang bisa menjadi concern semua orang, semoga kasus ini tidak akan terjadi lagi kepada siapapun. Surat ini ditulis karena sistem yang membuat nasabah berada dipihak yang lemah dan tidak bisa menunjukan data yang sebenarnya terjadi. Sesuatu telah terjadi di ATM BCA tanpa sepengetahuan pihak BCA.



Dengan Hormat,

Kasus di ATM BCA Taman Kopo Indah (Bandung) - sangat mengecewakan, Nasabah Berada di Pihak yang Lemah

Hari sabtu kemarin lusa tanggal 14 April 2007, kami mendapat surat pemberitahuan dari BCA bahwa "pengambilan ATM tanggal 29 Maret 2007 lalu terhitung dua kali pengambilan", padahal kami hanya mengambil satu kali. Kasusnya berawal dari pembukaan rekening baru di BCA Kantor Cabang Utama Sukarno Hatta. Tanggal 29 Maret 2007 hari Kamis adalah pengambilan dana pertama lewat ATM yang berlokasi di Taman Kopo Indah. Waktu itu kami bermaksud mengambil uang sebesar Rp. 1.900.000,00 dengan rencana pengambilan dua kali, pengambilan pertama sebesar Rp. 1.250.000,00; (sesuai dengan menu yang tertera di layar mesin ATM) tapi ketika akan mengambil yang (rencananya) berikutnya sebesar Rp. 650.000,00 lagi, dana yang tersedia "tidak cukup" padahal di rekening itu seharusnya masih ada dana sebesar Rp. 1.390.000,00 (setelah pengambilan Rp. 1.250.000,00). Dana yang tersisa ternyata hanya ada Rp. 140.000,00. Sangat disesalkan, struk ATM tidak keluar. Esoknya kami melaporkan kejadian yang sangat mengherankan ini ke BCA tempat membuka rekening. Petugas di BCA memberi keterangan dari data komputer bahwa pengambilan ATM dilakukan "dua kali" padahal uang yang diambil dari ATM hanya Rp.1.250.000,00 sebanyak satu kali. Benar-benar tidak masuk akal: mengambil satu kali dianggap dua kali pengambilan. Katanya kejadian ini akan diproses selama dua minggu dan datanglah surat pemberitahuan tersebut. Kejadian ini bukan rekayasa dan ini demi Allah benar-benar terjadi dan sangat merugikan kami.

Yang sangat disesalkan adalah ATM BCA (Taman Kopo Indah) tidak mengeluarkan struk pengambilan sehingga kami tidak bisa menunjukkan bukti pengambilan yang seharusnya diberikan oleh BCA kepada kami sebagai hak nasabah. Ketiadaan tanda bukti atau struk pengambilan menjadikan nasabah berada di pihak yang lemah sedangkan menurut keterangan pihak BCA komputer mencatat secara akurat pengambilan di ATM BCA Taman Kopo Indah sebanyak dua kali (berdasarkan surat pemberitahuan dari BCA) yaitu pada pukul 15.40 terjadi pengambilan Rp. 1.250.000,00 dan pada pukul 15.41 terjadi pengambilan 1.250.000 sedangkan kejadian yang sebenarnya terjadi adalah penarikan hanya terjadi sekali saja dan uang yang diterima hanya Rp. 1.250.000,00. Selisih waktu hanya 1 menit, entah apa yang terjadi di ATM sana?

Maka satu-satunya cara mengkomunikasikan concern ini adalah dengan menulis surat kepada "SURAT PEMBACA - Pikiran Rakyat" untuk menghimbau para konsumen BCA untuk lebih berhati-hati dan juga pihak BCA untuk lebih memperhatikan nasabah dan berhati-hati terhadap jalur lalu lintas komunikasi bank dalam sistem IT-nya. Perhatikan kejahatan internet (hackers). Sekedar masukan positif untuk BCA, nasabah akan kehilangan kepercayaan kepada BCA dan BCA akan kehilangan banyak nasabah bila kasus ini sering terjadi. Kami tidak bermaksud mencemarkan nama baik BCA, hanya saja kami sangat kecewa telah kehilangan uang yang menurut kami sangat berarti. Mudah-mudahan pihak BCA juga bisa memberi pencerahan terhadap kasus ini. Ada apa dibalik semua ini. Saya sangat berterima kasih bila surat ini direspon.

Saturday, March 31, 2007

Log f***** off - Safe RETURN

Lately, aku harus sadar aku harus kurangi aktivitas terutama yang dealing with earning. Ada yang udah complain kalo aku harus lebih concern ama 'something more important than M'. Yang ngomplain ternyata orang yang harus aku turuti perintahnya kalo mau jadi istri sholihah. Ini semua konsekuensi dari semua kesibukan yang belakangan menguntit. Aku coba untuk pause bentar n reflect to myself, what I have to do now is supporting him for his unbelievebly hard ass Ph.D. Nothing can buy it. Sacrifice is the only way.

Lama-lama mikir, aku harus pikirin pulang juga termasuk hectic-nya packing n doing all administration matters and bills and may be tax return. Hampir tiap hari ku sempetin liat webjet.com.au siapa tahu ada ticket murah buat pulang. Kemis pagi webjet lagi on sale, ternyata SQ bisa dapet AUD$703.00. Penasaran kalo gak di browsing sampai akhir cerita aku tanya flight centre langganan yang pasti berani nurunin harga dari harga yang palin rendah sekalipun, ternyata bisa dapet AUD$ 1.243.00 termasuk Lara. Alhamdulillah. Satu agenda kepulangan beres, insyaAllah.

However, in one hand, kayaknya physically udah agak siap nich buat the safe return, at least gak kaya December kemaren yang sama sekali rasanya gak siap buat pulang. On the other hand, rasanya mentally berat sekali denger-denger kehidupan di negara asalku. Sudah pasti sistem di sana sama sekali tidak akan memberdayakan ku. Yang paling pasti penghasilan udah pasti jauh beda dengan di sini meski status pekerjaan lebih bergengsi ketimbang disini. Belum lagi, aku mikirin macet yang pasti semakin parah terutama KOPO. Tambah lagi acara TV, ketika kemaren terakhir aku liat SCTV di sebuah resto Indo yang pake parabola, ihhh ... acaranya mengerikan gimana Lara ntar. Oh ... my God berikan kesabaran dan ketabahan kalo aku pulang nanti. Salah satu cara adalah positive thinking yaitu rubah saja semua kecemasanku menjadi harapan. Harapan menjadikan semua kesusahan dan keparahan Indonesia bisa menjadi ladang amal buatku. Yang membuatku tak habis pikir adalah, penduduk yang nota bene mayoritas Islam tapi kok bisa seperti itu, korupsi sudah menjadi sebuah sistem. Korup adalah sistem yang berlaku di Indonesia mulai dari pejabat sampai grass root. Sedangkan di sini, mayoritas kafir tapi bisa mengatur dirinya sendiri dengan baik dan bahkan lebih baik dari orang-orang yang mengaku muslim.

Sabtu lalu ada dosen dari Mataram yang nginep di rumah untuk ikut pelatihan di UQ. Dia cerita begitu sulitnya menentang sistem korupsi di tempat ia bekerja, mulai dari manipulasi proyek-proyek pertanian sampai pembagian air untuk para petani pun bisa dijadikan ajang korupsi. MasyaAllah. Harus diapakan negaraku. Apakah aku akan terjebak dengan sistem seperti itu nanti ketika pulang. Aku jadi ingat tulisan di milis yang cerita ada seorang migran muslim yang berani berkata, "tinggal di Australia ini saya bisa lebih terbebas dari commiting sin, bahkan saya bisa banyak beramal dan hidup lebih sehat secara mental dan fisik". Mungkin ini aku alami sekitar dua tahun terakhir mendalami kehidupan di OZ. Tahun-tahun pertama rasanya aku belum menemukan kehidupan yang seperti dikatakan migran tadi karena kehidupan ruhiyah tak terpenuhi, sedang ketika kita ditakdirkan bertemu orang-orang saleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada-Nya, rasanya tanah di negeri asing ini adalah tempat yag ideal untuk menjalankan semua perintah-Nya bahkan ironinya di negara yang sangat sekuler seperti ini, tapi apakah nanti ketika aku pulang bisa menjadi lebih baik. Bagaimana dengan cerita-cerita menyedihkan temen-temen yang baru pulang? Bagaimana dengan cultural schock mereka ketika berada di culture nenek moyang kita? Bisakah aku survive ...

Saturday, March 17, 2007

Sok Zebux, Click Movie Review

Suatu malem yang harusnya aku udah terpulas, ada seorang aktivis organisasi orang-orang Indo di Aussy telfon, katakan saja beliau adalah Mr. S. Saat itu aku masih harus melatih spelling-nya Lara demi lancarnya Writing Workshop Mrs. Black. Satu-satunya sisa waktu cuma malem itu ... kacian anak ku. Awalnya, Mr. S telfon minta aku buat kasih komen tentang Film Klick-nya Adam Sandler, kedengerannya sih aku cuma mau ngasih komen doang, dikirain ada mahasiswa yang mau buat penelitian dan film analysis, ternyata ada bbrp temen bilang "Mbak ... ntar jadi pembicara di acara nonton bareng yaa?" langsung ngerasa geli, ngapain aku jadi pembicara? WHAT THE ....!! sejak kapan ada joke kayak ginian? ternyata aku baru ngeh setelah liat milist ... ya ampun ... jadi dech mikir-mikir apa yang mau diomongin ya? It's been a long time I've been away from the mailist, dengan alasan klise 'sibuk', padahal sok sibuk, jadi kalo ada info aku musti ngasi komen ttg felm pun aku baru tahu setelah buka email sehari sebelum acara.

Mikir juga, WHY ME ...? Ternyata cerita si Adam sandler ini cerita orang super sibuk workacholic yang lupa family matters, sampai dia dapet pelajaran dari mimpinya seandanya dia begitu mengutamakan kerja dibanding keluarga. Su'udhzannya sich, jangan-jangan film ini mau nyidirin aku, tapi pas udah diliat, nggak kok, aku nggak nyampe gitu. Emang sich lately kegiatan begitu bertubi, mulai dari yang profitable, volunteer, kewajiban untuk keluarga dan yang di ada-adakan. I don't know why I've been trapped into 13 hours working (more or less). Tapi gimana pun I enjoy it pretty well. Niat nya sich kalo percaya tidak semata-mata money tapi experience yang harus aku bawa buat pulang nanti. And most of all I love being busy, dari pada nggossip, window shopping, browsing internet gak karuan, 'ngisi blog', ngibey mending working and working.

Sebenernya film ini udah agak lama, dan dari dulu pengen nonton cuma balik lagi trapped into all the daily bases, jadi nggak pernah ada waktu. Juga kayaknya aku harus udah insyaf dech utuk stop seeing movie, udah tua, musti mikir akhirat bow! Tapi ya akhirnya aku sempetin liat 'Click'. ..... Hari itu padat bgt, anak ku udah jemput jam 5 di kerjaan padahal selesai jam 5.30. Suami masih dikantor, jadi mobil ku ambil sendiri ama Lara, udah gitu lupa kunci, ketinggalan di kantor suami, jadi riweh lah pokoknya. Kebetulan banget hari itu Kamis jadi Indooroopilly shopping mall open till 9.00. Maka disimpulkan untuk melirik barang-barang diskon juga berkesempatan mengantar si "Mamang" n si "Bibi" jalan. Lagian ada telepon katanya di Target, summer collection udah jadi 2 dolaran walah .... gak mungkin dilewatkan. Pulang dari shopping jam 8.15 p.m. langsung jemput hubby yang dilanjutkan dengan menonton "Click" setelah makan dan mandi. Gak kuat sampai slesai soalnya udah jam 10.30 p.m. padahal aku harus pergi lagi kuli jam 00.00 a.m. Gileee bener, aku cuma tidur 2,5 jam euy hari itu. Pulang kerja jam 6.00 a.m. langsung kepikiran buat nerusin nonton soalnya ntar jam 4 aku harus siap dengan apa harus diomongin di depan orang-orang mengenai komen felm tadi. Ternyata sambungannya sangat mengharukan, pagi-pagi udah ada isak tangis ngeliat si Adam Sandler and family. Film ini memang asik buat merenung ditengah-tengah sibuknya aku. This is about refreshing comedy gags meets heartfelt, reflective story to appreciate life's little details.

Comment:
It’s a parody of everybody’s life
Instead of laughing I even cried. I felt pleasantly surprised. I couldn't help reflect upon the need to really appreciate life's little moments and close friends and family more. Walken was outstanding. Sandler was effective and really funny in his toned down approach to this more intelligent comedy than the usual Sandler fare. Kate Beckinsale is very lovable as the wife and mother of his children and Hasslehoff couldn't have been more perfectly cast as the cluelessly self-absorbed exec/ boss.

My point of view is that everything should be brought back to the 'Deen' of Islam, then we remember what we are created for, How thankful we are to the Mighty God. Then I related all I have experience from my recent busy life, the movie and my reflection from my "La Tahzan" Reading. It comes into a conclusion that

WHETHER YOU HAVE A LITTLE OR A LOT, LEARN TO BE THANKFUL

I relate the quote from La Tahzan and the Click movie.
A wise person hung up three posters in his office that he would read daily:
1.“Your today, your today” meaning life within the boundaries of today, working and striving. Looking at the movie, we can only press the 'play' button coz we can rewind or fast forward our life. Play the best what you can do today. Remember we can rewind the time.
2.“Reflect and thankful”. This might need a 'pause' button in our remote to think deeply and reflect to what we have done right or wrong.
3.“Don’t be angry”. When we are angry we want to rewind the time to avoid it or fast forwarding to skip the anger, but we can do that at all.
[La Tahzan, “Don’t be Sad”, p. 389]

Setelah slesai akyu ditanya moderator ttg cara bagi waktu untuk kelurga dan kerja. Wah jawabannya rahasia, jalanin azaa.
Sebenarnya si, secara matematis kita kalkulasi aja. Waktu cuma 24/7. In those 7 days, my permanent working time is 6 hours each day for 5 working nights from 00.00-6.00 a.m. My casual one around 6-7,5 hours each day in random days mostly from 9.30-5.00. I devide my 7 days into: Sunday to Thursday nights belongs to the permanent works. Friday - Saturday nights belong to my family. During the day, Monday to Thursday I alocate 3 days f0r casual works, so I have one day off between Monday and Thursday. On friday, I put my
"yaumal ayyam" as a special day for dedicating my self the All Mighty God, some of them are attending Lara's writing workshop with Mrs. Black, volunteering Religious Education in local school and attending Friday night sermon. It's kind of complicated, but among those hours, I spend my time with Lara for homework in between my day and night working hours between 7-9 p.m. And I spent a whole day for Lara's during my day off time. And finally Saturday and Sunday belong to my Hubby and Lara and the Halaqoh. And don't forget 5 times a day, the most important moment in our life, spend some time reading The Holy Qur'an and something related to it. Let's make life worthwhile.

Sunday, February 04, 2007

First Week of Year 1


Ketika mengambil mata kuliah Teaching Literacy and Multiliteracy, rasanya heran kok bisa yaa ada sistem belajar baca anak-anak secanggih yang aku baru aja temuin setelah my dear Lara spent week 1 di Ironside SS. Lagian keliatannya anak-anak tidak terbebani, malah yang sibuk adalah parents. Memang dari sejak aku kerja di project bidang pendidikan, si project orang bule ini selalu mempromosikan perant teacher, parents and community. Memang orang-orang dikdasmen waktu itu setuju tapi apa bener bisa dijalankan seperti di luar negeri, yang kali ini aku bener-bener merasakan kalo peran parents sangat signifikan dan jangan lupa tidak berarti guru mengajar asal-asalan. Seperti biasa di Indo, penerapan kolaborasi ini pasti gak merata, coba bayangkan buat anak SD yang di pedesaan atau daerah kumuh. Peran parents sangat besar untuk kemajuan pendidikan. Tapi dilain pihak guru (typically di Indo) juga merasa cuek karena ada kebijakan orang tua harus berperan aktif mendukung pendidikan sang anak. Dirasakan di sini, Mrs. Black guru year 1 my dear Lara ternyata kerjaannya sangat berat. Yang paling keliatan adalah ketika kutanya Lara siapa yang nempelin semua cover/judul buku, jawabannya adalah Mrs. Black. "She is always very busy mummy?" Week 1 parents dapet assignement book covering, ternyata sistem yang diciptakan untuk mempermudah si anak bagus banget sejalan seperti yang aku pernah pelajari di matakuliah tadi. Ada beberapa writing book dan scrap book yang menarik untuk record:



  1. Ada word book yang isi adalah buku tulis blank dikasi judul 'word book'. Buku ini untuk belajar baca dengan trick 'sight word' yang nantinya akan nyambung dengan buku lain mengenai 'popper words'. Popper words dan sight words ini hampir mirip yang tujuannya adalah supaya si anak gak usah mengeja tapi langsung, begitu ada tulisan dengan bentuk sperti 'RED' langsung responnya dibaca red. Sistem ini kalo aku gak lupa pake behaviourism. Di buku ini juga ada segudang hints dan assignment untuk parents mendukung si anak belajar popper words. Seperti menulisi semua benda-benda yang ada di rumah. Pantesan ketika kerumah Mbak Ani Salut, aku liat benda2 di rumahnya ditulisan ternyata ini adalah tugas dari guru year 1. Kalo di Indo sistem ini bandingannya apa yaaa? Buku tulis yang masih nyambung dengan learning words adalah "My Pictionary".

  2. Ada scrap book tentang I'm learning about ... the world around me, other culture, community helpers, my self, m school, families dsb. Setiap anak keliahatannya akan belajar mengenal lingkungannya. Kalo di Indo apa ini PPKN atau IPS yaaaa? Kalo di Indo kayaknya pelajara di kasih label tapi konsep yang diajarkan ke anak ke gitu ketangkap.

  3. Scrapbook yang ketiga adalah my writing journal, dengan begini pengenalan kata 'writing' bukan hal yang tabu, writing bukan berarti menulis tangan tapi berekspresi, menulis adalah cara berekspresi. selama ini ku perhatikan konsep Reading dan Writing di Indonesia sudah salah yaitu, Reading artinya membaca yang cuma decoding (mengeluarkan suara dengan memebaca simbol-saja) kadang tanpa mengerti artinya. Kadang kita baca Qur'an aja cuma membaca arabnya doang artinya belakangan, padahal yang dimaksud reading adalah memperoleh message dari apa yang kita baca bukan cuma decoding. Di Indo itu keliatannya pertanyaan yang diutamakan adalah kuantitas misalnya 'udah khatam Qur'an berapa kali ?' Padahal makna yang dibaca tidak sampai apalagi diterapkan. Writing juga demikian, yang salah memahami, anak disuuruh menulis halus biar tulisannya bagus padahal konsep writing itu sendiri adalah mengekspresikan lewat alat tulisan, terbukti dari scrap book yang diberi judul 'My writing Journal"-nya berisi tentang gambar si anak yang di bawahnya di tulisi tentang komen gambar, misalnya "I am Playing puzzle" dengan gambar diatasnya seorang anak perempuan dan gambar puzzle - meskipun spellingnya gak bener tapi pada tahap ini yang penting ekspresi si anak keluar. Mudah-mudahan di Indo ntar konsep literacy - Reading n Writing - udah diperbaiki.

  4. Satu lagi yang menarik adalah buku tulis yang disampul dengan judul Poems and rhymes. Di sini poems and rhymes itu begitu penting yang sangat kontradiktif dengan di negara kita, sastra sepertinya dianggap rendah dan yang dianggap paling hebat adalah bidang science. Bahkan sampai salahnya orang science itu begitu merasa sakti bisa masuk ke bidang apa aja. Apa lagi bidang bahasa, sebagian orang di tanah air bahkan menganggap rendah orang yang mengambil jurusan bahasa, sampai saudara ku sendiri ada yang bilang "buat apa masuk jurusan Bahasa, udah tinggal les aja." Nggak gitu dong, abis yang mau ngajar bahasa di tempat kursus mau anak teknik, meski ada kasus seperti itu tapi itu gak bisa, bagaimana seorang dari teknik menerapkan psycholinguistic and sociolinguistic-nya. Orang Indo yang udah di luar negeri pun masih meremehkan padahal untuk bisa lulus Aus Aid itu IELTS minimal 6,5 gimana tuch kalo nggak diajarin sama guru bahasa. Di Australia ini, Poems, rhytm and rhymes sudah diajarkan sejak awal-awal belajar bahkan usia dua tahun, contohnya nya ada buku berjudul "Harry MacLarry" yang isinya rhymes melulu. dan ada juga buat yang pre-schooler "Fox in a Sox"-nya Dr. Seuss. Orang-orang kita belum begitu aware dengan pentingnya detail bahasa termasuk apa itu discourse atau wacana. Padahal semua aspek berawal dari wacana. Ah ... untuk menerangkan ini harus panjang dan buka judul posting baru atau liat aja di wiki atau google apa itu analysing discourse. Wah jadi kemana-mana neeh ... intinya adalah, bahasa, sastra dan wacana adalah interconnected aspek of life yang kebanyakan dari kita cuma bisa meremehkannya.

Udah ahhh .... ini cuma tulisan my amazement tentang sistem pendidikan di sini dan kerja keras sang guru. Tapi aku jadi inget kerjaan di childcare ku yang belakangan ini sangat menyita waktu dan bikin exhausted. Ternyata kerja begituan juga sangat berat, terutama kejar setoran buat accreditation. Coral, group leader ku ngasih tahu semua prosedur gimana kalo kita harus menjaga accreditation. Setiap anak punya record sendiri dan di assess kemudian dilihat short term dan long term goalnya udah tercapai atau belum. Ketika kita lagi diskusi tentang hal ini, diskusi kita nyambung banget dan dia rada heran aku kenal istilah-istilah young children education tapi efeknya sekarang aku malah harus selalu menulis daily report sheet for parents, BT kan mana tulisannya Inggris lagi. Tapi it's good for me buat exercising, and I'm quite happy for that. Balik lagi ke sekolah Lara, ternyata yang aku rasakan juga sama kerja di childcare juga perlu tenaga dan otak kalo kita terpaksa disuruh nulis daily sheet.

Sunday, January 14, 2007

Grouchy Ghetto

Ngobrol dengan seorang teman, tentang racism di sini ... (eh jangan kaget dulu baca aja semuanya) ketika lihat breaking news ada riot di salah satu kota besar di sini. Temenku bilang sebenarnya racism menurut dia adalah sifat natural manusia biasa yang 'instinctive' cuma (aku tambahin) kalo disebutkan outloud terkesan naive. Statement ini menegaskan pendapatku sebelumnya ketika ngobrol pula dengan temen terdekat. Semakin kuatlah dugaanku kalau itu benar. Cuma kalau sudah nyangkut ke legal action yaa ... itu yang bisa berabe. Kita lanjutkan perbincangan dengan menyinggung diri sendiri contohnya, yang orang Jawa pada ngumpulnya ya sama Jawa juga dengan mengeluarkan jurus bahasanya yang membuat hubungan mereka lebih dekat, yang suku Sunda gak mau kalah, Bali pun dan suku-suku lainnya sama saja. Terlepas dari masalah kesukuan, kita semua yang orang Indonesia berada di luar negeri biasanya gak terlalu maksa ingin berada dengan sesama suku karena kita semua merasa saudara bahkan sampai-sampai saking merasa saudaranya urusan pribadi pun bisa jadi menjadi urusan bersama. Saking care-nya sama temen.
Karena memang sudah instinctive tadi, jadi kita jarang bisa immerse sepenuhnya dengan non-Indonesia, kemana-mana selalu bersama. Mungkin bisa kita check kalo di High Way ada mobil beriringan mulai dari 4 sampai 8 mobil coba di tanya, itu pasti orang Indonesia. Pernah ketangkap kamera ada notice board bilang "no tailgating" kurang lebih begitu bunyinya di notice board High Way. Kemana-mana selalu bersama itulah ciri dari kekeluargaan yang luar biasa mendalamnya, dan mungkin sebagian alasan lain adalah takut tersesat karena nanti takut gimana ini itu-nya. Ini kan di luar negeri gak sama kayak di Indo (singkatan dari Indonesia). Emang akan ada abang beca yang mau nunjukin jalan kalo kita tersesat? Padahal disini disediakan Refidex (peta jalan yang lebih dari cukup memadai)-kalo gak pake GPS- yang sangat bisa diandalkan, dibanding nanya orang yang lagi nangkring dan ngerokok dipinggir jalan kalo di Indo. Tapi, gimanapun kita memang menikmatinya dan kita gak bisa lepas dari itu.
Kebersamaan lain yang bisa dijadikan contoh adalah kampung melayu di Brisbane. Ada beberapa kompleks flat/unit yang isinya orang Indo semua. Pokoknya nggak kaya di luar negeri dech mungkin ntar kalo pulang pun kayanya aku malah jadi lebih pinter bahasa daerah. Kebiasaan berkumpul ini memang baik untuk menjaga ikatan silaturahim selama ikatan itu membuat kita menjadi lebih baik dan menambah relasi ketika pulang nanti. Aku jadi ingat istilah Ghetto yang maknanya kurang lebih seperti itu (sebagian daerah yang dihuni oleh kaum minoritas yang memiliki budaya yang serupa- maaf ... tanpa perubahan makna negatif yaa). Aku pun pernah mengalami suka dukanya berada di kampung melayu. Suka-nya kita sering bisa minta tolong dan ditolong teman-temen seperjuangan tapi malu sekali kalau kita yang ditolong terus tanpa kita memberi timbal balik, juga sering berkirim makanan dan pinjem-pinjeman bumbu masak. Duka-nya ternyata ada juga, kita jadi susah punya privacy, urusan pribadi jadi urusan bersama, pikiran selalu dihantui rasa cemas karena takut menyinggung orang lain jadi cara berpikir kita jadi kurang sehat karena selalu takut untuk bertindak, mau begini tak enak, mau begitu takut salah. Juga biasanya gossip beredar lebih cepat dari internet broadband, meski berusaha menghindar gak bisa nggak, pasti kedengeran. Dengan begini kapan kita mandiri, kapan kita bisa memiliki self-reliance dan independence, lagian seperti apa pengalaman kita diluar negeri kalau nggak jauh beda dengan kehidupan di Indo, apa kemajuan kita, bukannya kita datang ke luar negeri berharap ingin menambah pengalaman yang lebih baik, yang berbeda dengan di negeri sendiri. Tapi ada juga yang menganggap bagian 'duka' itu cuma mitos dengan kata lain tidak pernah ada sisi negatif-nya (asalkan tutup kuping dan tebal muka kali yaaa). Biasanya kelompok seperti ini menganggap individualis kepada kelompok orang yang ingin memiliki privacy sendiri. Labelling ini membuat pertanyaan kenapa kok para white people itu disebut individualis juga tapi semuanya berjalan lancar sesuai aturan yang berlaku? tidak ada kasak kusuk dan saling berprasangaka?
Perihal penyebaran info/berita/rumor yang super cepat dikalangan masyarakat aku juga gak ngerti, mungkin karena komuniti-nya yang itu-itu aja dan termasuk minoritas jadi bila ada seseorang yang tahu satu info maka semuanya akan tahu. Aku pernah coba tanya sama orang Iran dan Korea, apakah hal ini terjadi dikalangan masyarakat mereka di Brisbane ini. Jawabannya sama, berita cepat sekali menular baik kabar baik maupun kabar kurang sedap. Maaf nich aku jadi pengen ceritain kasus temen yang curhat, kelihatannya dia agak gerah dengan urusan pribadinya yang di-most-wanted-in sama orang lain. Belakanngan ini lagi musim mahasiswa Phd dibawah sponsor beasiswa mengajuakn extension (pepanjangan) kuliah. Katakan temanku, si X. Setiap ketemu orang pasti ditanya "sampai kapan exten-nya?" Asalnya sich cuek aja lagian dia juga gak tahu sampai kapan. Selanjutnya setiap orang kok jadi banyak yang tanya dengan pertanyaan yang sama? jawabannya pun masih belum tahu karena belum ada pengumuman. Lama kelamaan ada sesuatu yang aneh juga, ada juga orang yang luar biasa penasarannya sampai-sampai jadi memfitnah orang lain gara-gara ingin tahu jawabannya kapan. Akhirnya si X penasaran juga, ada apa dengan orang-orang penasaran ini? Kok jadi tidak sehat. Jadi si X ingin mencoba sampai mana kepenasaranan orang-orang disekitar kalo pengumuman exten ini dijadikan rahasia. Hari berganti hari ada rumor katanya si X udah dapet exten? Setiap telepon berdering dia ditanya atau dikasi selamat "selamat yaaa udah dapet exten-nya." Lho ... siapa nich yang bikin gossip? padahal si X gak pernah kasih tahu siapa-siapa katannya. Ada juga yang saking penasarannya mengecek dengan bilang bahwa dia memimpikan si X dapat extent sampai tanggal yang pasti. Apa sebenarnya yang terjadi? Entah kenapa? Apakah orang-orang yang berada di ghetto area memang suka ingin tahu urusan orang, tapi ... mudah-mudahan niatnya baik. Tapi apa yang membuat mereka penasaran? apakah ini karakter dari 'The Grouchy Ghetto".
Sebagai penutup, seorang Indonesia tidak bisa lepas dari teman sebangsanya sendiri, terbukti untuk orang Indonesia yang sudah menetap di Australia pun masih ingin bergabung dengan masyarakat Indonesia yang cuma bersekolah disini. Jadi jangan khawatir bertempat tinggal jauh dari orang-orang Indonesia(dengan itikad baik) bila kita berada di luar negeri, karena bagaimanapun kita pasti bisa menemukan mereka karena kita adalah satu.

Thursday, January 04, 2007

Catatan: End of Year Holiday



Akh ... baru sempet neh ... corat-coret lagi. Tidak komit janji untuk gak buka blog. Penasaran kalo gak nulis. Sebulan genap dengan no-shopping day tanggal 26 December adalah the shopping day, gimanaaa doong! Sebulan sebelumnya 26 November adalah hari gak belanja sedunia, pokoknya selama 24 jam tahan buat nyoping.

Gara-gara tradisi boxing day 26 Dec, jadi kebawa-bawa ikutan heboh shopping menyoping. Entah dari mana tradisi itu diciptakan, pernah lah baca di milist sejarah boxing day cuma lupa. Seperti tahun-tahun sebelumnya minggu terakhir tutup tahun diakhiri dengan libur bersama dari 24 December 2006 sampai 2 January 2007. Cihuyyy ... keliatannya asik bisa liburan kerja malam dan bisa nyantei. Ternyata, usut punya usut malah liburan padat bgt. Masih mending kalo kegiatan gak spending money, tapi berhubung sich ... boxing day. Kebiasan boxing day dimulai sejak datang ke Brisbane katanya semua harga jatoh di mall -mall atau branded stores. Mana bisa tahan, sugesti begitu kuat apalagi yang di kejar factory out let soalnya harga di mall meski udah turun masih juga ratusan dolar, no thak you. Tujuan alternative adalah FO yang dikejar surf-branded apparel dan kawan-kawannya. Mulai tanggal 26 tujuan menyoping adalah The Harbour Town yang terkenal dengan barang-barang merek tapi murah. Udah dech idealisme runtuh seketika untuk tidak konsumerisme. Memang untuk mempertahankan keistikomahan perlu jihad yang kuat. Ada barang murah, pengennya beli banyak sekalian buat oleh-oleh (kalo sayang dikasiin ... buat sendiri) apalagi inget Yuli yang udah balik ke Bandung beramanat kalo barang-barang disini lebih bagus di banding di Indo. Jadi yaaa ... beli dobel sebagian ... gaji forthnightly lumayan kecungkil.

Hari berikutnya 27/12/06, selain shopping bisanya juga film-film baru bermunculan Happy Feet n The Night in the Museum. Jadi masih dalam rangkan end of year holiday tak apa lah menyenangkan hati sang anak untuk ber-happy feet ria. Juga penasaran ngecek ke City ada yang murah nggak yaaa ...? Shopping lagi. Terus si ayah nanya besok kemana, ke DFO gitu? Aku spontan jawab, baru aja dari Harbour Town, gilee ... nggak ahh wasting ....

Besoknya, bengong sana sini, pagi-pagi beresin baju yang udah setahun gak disetrika. Telpon sana-sini siapa yang mau jalan, kemana? dari pada bengong dirumah liburan gini. Akhirnya setelah telpon sana sini ada yang bisa ada yang gak ikut ke DFO, ya udah diputuskan ke DFO padahal udah sepakat gak pergi kemana-mana dan ada alasen pulangnya janji ma Lara buat main di rumah Afrah n Zahra. Pas aku telfon Zahra's mum ntar kita mau mampir sepulang DFO, eeeh ... ternyata rencana hari itu mereka mau kesana juga padahal tadi pas di telpon gak kemana-mana ... Di DFO ngapain lagi kalo gak nyoping, yang asalnya cuma mau spend dikit begitu liat Puma diskon 40 % mana tahaaan bow ... Eh ... di River n Rip Curl juga Gio, euleuh ... pusing dech. Eeh nulis kayak ginian meni teu elit and so un me gitu ...

Ya udah akhirnya si anak-anak janjian mau maen besok kerumah. Udah dipastikan gak kemana-mana soalnya ayah mau jum'atan ke Dara. Jadi dirumah. Nambah penasaran juga telpon si Nur ngapain hari gini. Tiba-tiba dia nyuruh datang katanya ada piknik ddakan di Park ma Mbak Tika n Mbak Cheta ya udah lagian anak-anak juga happy diajak maen. Semuanya serba kebetulan, temen yang lain datang juga secara gak sengaja. Piknik jadi seru dengan datangnya vokalis Joni (iskandar) heee heee ... padahal besok Idul Adha ...

Sabtunya Idul Adha kita janjian mau Sholat Ied di Lutwyche dengan halaqoh member n friends. Kirain Mbak Helda belum dapet mobil hari itu, ternyata rencana mendadak lagi dari pada sabtu depn ke Dream World mending kita rayakan Idul Adha di sono ... aduh punten .... Jadi weh ... money lagiiii.

Ternyata hari sabtu bukan the end of the holiday, masih ada acara silaturahim dalam rangka Iedul Adha ke Holland Park n Eight Miles Plain disambung hunting foto Fireworks di South Bank yang sebenarnya puncak acara dari semua activity holiday. Alhamdulillah, hunting foto berhasil berkat bimbingan sang instruktur fotography dari workshop seminggu lalu. Untung posisi berada didekat si beliau jadi meter, aperture, speed dan WB udah di set ama beliau. Wuiih ... baru kali ini ngerasin pengalaman fotography yang asik bgt. Pokoknya topbgt dech. Kata Pak Tino Syafiq Sidin sich 'Bagus' katanya, bener gak yaa, pede aja dech.

fireworks southbank - my shot E300 Olympus


Masih ada lagi acara hari esok di Morningside rumah kediaman Sri Yoga buat acara silaturahim dan halaqoh dan plus makan-makan yang buanyaknya gile bener, sampe-sampe pulang teler gak inget bumi alam saking kenyangnya. Itulah akhir perjalanan liburan akhir tahun, tidak happy ending karena malamnya harus back to work, tapi selama liburannya happy terus walopun dompet terkuras.