Friday, April 02, 2010

Lho kok miriiip

Kebetulan ajah liburan gini baca-baca koran kemaren lusa, eh di Kikmah Republika ada kasus yang mirip dengan kejadian jum'at pekan lalu - Pas banget seminggu. Afwan, tidak bermaksud merendahkan dan menyombongkan, cuma kok artikel hikmah ini mirip banget. Buat temen-temen yang tidak hadir karena kesibukannya, yaaaa ... itu semua sudah dibegitukan sama Allah. Siapa yang diizinkan hadir dan siapa yang tidak, mungkin sudah dituliskan. Semoga kita semua bisa selalu diizinkan untuk hadir mengisi hati. Belum tentu saya pun selalu diberi kelonggaran hati dan waktu untuk selalu hadir.

Ada sedikit catatan kecil; pertama, diperhatikan ada segelintir orang yang ketika membahas masalah agama terlihat taboo -- rupanya gaya di barat hampir diadopsi disini -- dan dipemainkan. Jadi ingat kemaren kajian ma umi bahwa kata ta' muruna bil ma'ruf dan watan hauna anil munkar katanya selalu beriringan karena ketika kita mengajak kebaikan mungkin kita tidak berani melarang kuburukan, apa lagi terhadap teman sendiri -- gak enak banget buat kasi komen ... gimana ya caranya? Yang kedua, ada juga yang menganggap apa yang mereka kerjakan juga sama-sama ibadah katanya dengan dalih "Kan mengahadiri pengajian juga sama saja dengan rapat, sama saja dengan membantu ini itu, itu juga kan sama-sama ibadah ... blah blah" insyaallah memang benar tapi kita juga kan bisa membedakan mana ibadah Mahdhah dan mana ibadadah ghaira Mahdhah. Semoga kita dihindarkan dari pandangan-pandangan yang tidak tahu membedakan kaum muslim dan kaum kafir. Wallahu'alam. Enjoy reading the article





Manusia itu Menyukai Neraka

Oleh: Prof Dr Ali Mustafa Yaqub

Ketua sebuah pengajian meminta maaf kepada penceramah karena jamaah yang hadir dalam pengajian tersebut tidak banyak. Ia semula mengharapkan agar jamaah yang datang dapat mencapai ribuan orang, tetapi ternyata hanya ratusan orang. Ia khawatir apabila penceramah kecewa dengan jumlah yang sedikit itu.

Apa komentar penceramah tersebut? Ia justru bersyukur dan tidak merasa kecewa. Katanya, ''Memang calon penghuni surga itu jumlahnya lebih sedikit dibandingkan calon penghuni neraka.'' Ia pernah membaca koran bahwa di Ancol diadakan pagelaran maksiat. Yang hadir dalam pesta kemungkaran itu mencapai 700 ribu orang. Kendati pesta itu dimulai jam delapan malam, pengunjung sudah mulai datang sejak jam satu siang.

Penceramah kemudian bertanya kepada para hadirin, ''Apakah ada pengajian yang dihadiri oleh 700 ribu orang?'' Hadirin pun serentak menjawab, ''Tidak ada.'' Ia kemudian bertanya lagi, ''Apakah ada pengajian yang dimulai jam delapan malam, tetapi jamaahnya sudah datang jam satu siang?'' Hadirin kembali serentak menjawab, ''Tidak ada.'' Penceramah kemudian berkata, ''Itulah maksiat, dan inilah pengajian. Kalau ada pengajian dihadiri oleh ratusan ribu orang, boleh jadi pengajian itu bermasalah.''

Ia juga mencontohkan dakwah Nabi Nuh AS. Beliau berdakwah selama hampir seribu tahun, tetapi pengikut beliau hanya 40 orang. ''Karena itu, kalau yang datang di pengajian ini mencapai ratusan orang, itu sungguh sudah bagus. Dan, begitulah calon-calon penghuni surga,'' tambahnya.

Lebih jauh, ustaz yang masih muda itu menyampaikan sebuah hadis tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa nanti pada hari kiamat, Nabi Adam AS akan dipanggil oleh Allah SWT. Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk memisahkan anak-cucunya, mana yang akan masuk surga dan mana yang akan masuk neraka. ''Ternyata,'' kata Nabi Muhammad SAW selanjutnya, ''Dari seribu anak-cucu Adam, 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) masuk neraka, dan hanya satu yang masuk surga.''

Ia kemudian mengajak jamaah untuk mengamati perilaku manusia setiap hari. ''Coba kita amati kehidupan manusia sehari-hari. Kita lihat mereka di pasar, pusat perbelanjaan modern atau mal, televisi, dan di mana saja. Ternyata lebih banyak yang senang bermaksiat daripada yang taat kepada Allah SWT. Orang bohong, penipu, ada di mana-mana, sementara yang shalat di masjid sepi-sepi saja. Ternyata manusia itu lebih menyukai neraka daripada surga.''