Saturday, March 31, 2007

Log f***** off - Safe RETURN

Lately, aku harus sadar aku harus kurangi aktivitas terutama yang dealing with earning. Ada yang udah complain kalo aku harus lebih concern ama 'something more important than M'. Yang ngomplain ternyata orang yang harus aku turuti perintahnya kalo mau jadi istri sholihah. Ini semua konsekuensi dari semua kesibukan yang belakangan menguntit. Aku coba untuk pause bentar n reflect to myself, what I have to do now is supporting him for his unbelievebly hard ass Ph.D. Nothing can buy it. Sacrifice is the only way.

Lama-lama mikir, aku harus pikirin pulang juga termasuk hectic-nya packing n doing all administration matters and bills and may be tax return. Hampir tiap hari ku sempetin liat webjet.com.au siapa tahu ada ticket murah buat pulang. Kemis pagi webjet lagi on sale, ternyata SQ bisa dapet AUD$703.00. Penasaran kalo gak di browsing sampai akhir cerita aku tanya flight centre langganan yang pasti berani nurunin harga dari harga yang palin rendah sekalipun, ternyata bisa dapet AUD$ 1.243.00 termasuk Lara. Alhamdulillah. Satu agenda kepulangan beres, insyaAllah.

However, in one hand, kayaknya physically udah agak siap nich buat the safe return, at least gak kaya December kemaren yang sama sekali rasanya gak siap buat pulang. On the other hand, rasanya mentally berat sekali denger-denger kehidupan di negara asalku. Sudah pasti sistem di sana sama sekali tidak akan memberdayakan ku. Yang paling pasti penghasilan udah pasti jauh beda dengan di sini meski status pekerjaan lebih bergengsi ketimbang disini. Belum lagi, aku mikirin macet yang pasti semakin parah terutama KOPO. Tambah lagi acara TV, ketika kemaren terakhir aku liat SCTV di sebuah resto Indo yang pake parabola, ihhh ... acaranya mengerikan gimana Lara ntar. Oh ... my God berikan kesabaran dan ketabahan kalo aku pulang nanti. Salah satu cara adalah positive thinking yaitu rubah saja semua kecemasanku menjadi harapan. Harapan menjadikan semua kesusahan dan keparahan Indonesia bisa menjadi ladang amal buatku. Yang membuatku tak habis pikir adalah, penduduk yang nota bene mayoritas Islam tapi kok bisa seperti itu, korupsi sudah menjadi sebuah sistem. Korup adalah sistem yang berlaku di Indonesia mulai dari pejabat sampai grass root. Sedangkan di sini, mayoritas kafir tapi bisa mengatur dirinya sendiri dengan baik dan bahkan lebih baik dari orang-orang yang mengaku muslim.

Sabtu lalu ada dosen dari Mataram yang nginep di rumah untuk ikut pelatihan di UQ. Dia cerita begitu sulitnya menentang sistem korupsi di tempat ia bekerja, mulai dari manipulasi proyek-proyek pertanian sampai pembagian air untuk para petani pun bisa dijadikan ajang korupsi. MasyaAllah. Harus diapakan negaraku. Apakah aku akan terjebak dengan sistem seperti itu nanti ketika pulang. Aku jadi ingat tulisan di milis yang cerita ada seorang migran muslim yang berani berkata, "tinggal di Australia ini saya bisa lebih terbebas dari commiting sin, bahkan saya bisa banyak beramal dan hidup lebih sehat secara mental dan fisik". Mungkin ini aku alami sekitar dua tahun terakhir mendalami kehidupan di OZ. Tahun-tahun pertama rasanya aku belum menemukan kehidupan yang seperti dikatakan migran tadi karena kehidupan ruhiyah tak terpenuhi, sedang ketika kita ditakdirkan bertemu orang-orang saleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada-Nya, rasanya tanah di negeri asing ini adalah tempat yag ideal untuk menjalankan semua perintah-Nya bahkan ironinya di negara yang sangat sekuler seperti ini, tapi apakah nanti ketika aku pulang bisa menjadi lebih baik. Bagaimana dengan cerita-cerita menyedihkan temen-temen yang baru pulang? Bagaimana dengan cultural schock mereka ketika berada di culture nenek moyang kita? Bisakah aku survive ...

Saturday, March 17, 2007

Sok Zebux, Click Movie Review

Suatu malem yang harusnya aku udah terpulas, ada seorang aktivis organisasi orang-orang Indo di Aussy telfon, katakan saja beliau adalah Mr. S. Saat itu aku masih harus melatih spelling-nya Lara demi lancarnya Writing Workshop Mrs. Black. Satu-satunya sisa waktu cuma malem itu ... kacian anak ku. Awalnya, Mr. S telfon minta aku buat kasih komen tentang Film Klick-nya Adam Sandler, kedengerannya sih aku cuma mau ngasih komen doang, dikirain ada mahasiswa yang mau buat penelitian dan film analysis, ternyata ada bbrp temen bilang "Mbak ... ntar jadi pembicara di acara nonton bareng yaa?" langsung ngerasa geli, ngapain aku jadi pembicara? WHAT THE ....!! sejak kapan ada joke kayak ginian? ternyata aku baru ngeh setelah liat milist ... ya ampun ... jadi dech mikir-mikir apa yang mau diomongin ya? It's been a long time I've been away from the mailist, dengan alasan klise 'sibuk', padahal sok sibuk, jadi kalo ada info aku musti ngasi komen ttg felm pun aku baru tahu setelah buka email sehari sebelum acara.

Mikir juga, WHY ME ...? Ternyata cerita si Adam sandler ini cerita orang super sibuk workacholic yang lupa family matters, sampai dia dapet pelajaran dari mimpinya seandanya dia begitu mengutamakan kerja dibanding keluarga. Su'udhzannya sich, jangan-jangan film ini mau nyidirin aku, tapi pas udah diliat, nggak kok, aku nggak nyampe gitu. Emang sich lately kegiatan begitu bertubi, mulai dari yang profitable, volunteer, kewajiban untuk keluarga dan yang di ada-adakan. I don't know why I've been trapped into 13 hours working (more or less). Tapi gimana pun I enjoy it pretty well. Niat nya sich kalo percaya tidak semata-mata money tapi experience yang harus aku bawa buat pulang nanti. And most of all I love being busy, dari pada nggossip, window shopping, browsing internet gak karuan, 'ngisi blog', ngibey mending working and working.

Sebenernya film ini udah agak lama, dan dari dulu pengen nonton cuma balik lagi trapped into all the daily bases, jadi nggak pernah ada waktu. Juga kayaknya aku harus udah insyaf dech utuk stop seeing movie, udah tua, musti mikir akhirat bow! Tapi ya akhirnya aku sempetin liat 'Click'. ..... Hari itu padat bgt, anak ku udah jemput jam 5 di kerjaan padahal selesai jam 5.30. Suami masih dikantor, jadi mobil ku ambil sendiri ama Lara, udah gitu lupa kunci, ketinggalan di kantor suami, jadi riweh lah pokoknya. Kebetulan banget hari itu Kamis jadi Indooroopilly shopping mall open till 9.00. Maka disimpulkan untuk melirik barang-barang diskon juga berkesempatan mengantar si "Mamang" n si "Bibi" jalan. Lagian ada telepon katanya di Target, summer collection udah jadi 2 dolaran walah .... gak mungkin dilewatkan. Pulang dari shopping jam 8.15 p.m. langsung jemput hubby yang dilanjutkan dengan menonton "Click" setelah makan dan mandi. Gak kuat sampai slesai soalnya udah jam 10.30 p.m. padahal aku harus pergi lagi kuli jam 00.00 a.m. Gileee bener, aku cuma tidur 2,5 jam euy hari itu. Pulang kerja jam 6.00 a.m. langsung kepikiran buat nerusin nonton soalnya ntar jam 4 aku harus siap dengan apa harus diomongin di depan orang-orang mengenai komen felm tadi. Ternyata sambungannya sangat mengharukan, pagi-pagi udah ada isak tangis ngeliat si Adam Sandler and family. Film ini memang asik buat merenung ditengah-tengah sibuknya aku. This is about refreshing comedy gags meets heartfelt, reflective story to appreciate life's little details.

Comment:
It’s a parody of everybody’s life
Instead of laughing I even cried. I felt pleasantly surprised. I couldn't help reflect upon the need to really appreciate life's little moments and close friends and family more. Walken was outstanding. Sandler was effective and really funny in his toned down approach to this more intelligent comedy than the usual Sandler fare. Kate Beckinsale is very lovable as the wife and mother of his children and Hasslehoff couldn't have been more perfectly cast as the cluelessly self-absorbed exec/ boss.

My point of view is that everything should be brought back to the 'Deen' of Islam, then we remember what we are created for, How thankful we are to the Mighty God. Then I related all I have experience from my recent busy life, the movie and my reflection from my "La Tahzan" Reading. It comes into a conclusion that

WHETHER YOU HAVE A LITTLE OR A LOT, LEARN TO BE THANKFUL

I relate the quote from La Tahzan and the Click movie.
A wise person hung up three posters in his office that he would read daily:
1.“Your today, your today” meaning life within the boundaries of today, working and striving. Looking at the movie, we can only press the 'play' button coz we can rewind or fast forward our life. Play the best what you can do today. Remember we can rewind the time.
2.“Reflect and thankful”. This might need a 'pause' button in our remote to think deeply and reflect to what we have done right or wrong.
3.“Don’t be angry”. When we are angry we want to rewind the time to avoid it or fast forwarding to skip the anger, but we can do that at all.
[La Tahzan, “Don’t be Sad”, p. 389]

Setelah slesai akyu ditanya moderator ttg cara bagi waktu untuk kelurga dan kerja. Wah jawabannya rahasia, jalanin azaa.
Sebenarnya si, secara matematis kita kalkulasi aja. Waktu cuma 24/7. In those 7 days, my permanent working time is 6 hours each day for 5 working nights from 00.00-6.00 a.m. My casual one around 6-7,5 hours each day in random days mostly from 9.30-5.00. I devide my 7 days into: Sunday to Thursday nights belongs to the permanent works. Friday - Saturday nights belong to my family. During the day, Monday to Thursday I alocate 3 days f0r casual works, so I have one day off between Monday and Thursday. On friday, I put my
"yaumal ayyam" as a special day for dedicating my self the All Mighty God, some of them are attending Lara's writing workshop with Mrs. Black, volunteering Religious Education in local school and attending Friday night sermon. It's kind of complicated, but among those hours, I spend my time with Lara for homework in between my day and night working hours between 7-9 p.m. And I spent a whole day for Lara's during my day off time. And finally Saturday and Sunday belong to my Hubby and Lara and the Halaqoh. And don't forget 5 times a day, the most important moment in our life, spend some time reading The Holy Qur'an and something related to it. Let's make life worthwhile.