Wednesday, November 17, 2010

Blog Transformation

Bismillah,

Malem libur Idul Adha ini ku kembali posting di blog yang sudah lama ditinggalkan. Hal ini bukan kebiasaan yang baik meninggalkan menulis sekian lama. Sejak berseliwerannya social networking dan micro-blog, sepertinya blog yang sesungguhnya tak dihiraukan lagi. Mungkin alasannya karena malas menulis cerita yang agak panjang dibanding dengan hanya menulis status di Facebook atau nge-tweet di twitter. Bukan hanya itu alasanya yang sesungguhnya terjadi, tetapi blog ini hanya blog picisan demi menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, bukan pula untuk sebagai alasan latihan menulis.

Maka dari itu, khusus untuk latihan menulis, dibuatlah blog baru yang tujuannya hanya untuk latihan menulis sebagai langkah awal belajar menulis yang sesungguhnya. Sudah beberapa blog yang pernah dibuat termasuk blog pendidikan, pengajaran bahasa dan blog kumpulan resep dan experiment masak memasak ketika jaman kejayaan dulu di Australia. Jadi blog ini mungkin hanya layak untuk diteruskan sebagai pembebasan expresi akibat terjadinya hal-hal yang dirasa perlu diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa di kenang untuk refleksi di kemudian hari.

Menuliskan sesuatu yang bisa dijadikan refleksi akan mebuat kenangan tertentu di masa depan, sekecil apapun kejadian di masa lalu 'rasa'-nya akan berubah ketika kita membacanya lagi dikemudian hari. Refleksi membuat kita belajar dalam kehidupan, baik itu belajar kehidupan atau belajar yang sifatnya cukup akademis. Menulis adalah salah satu kemampuan akademis yang tertinggi. Orang yang bisa menulislah yang memiliki high order thinking. Maka saya tekadkan untuk menulis kembali yang nantinya mungkin akan lebih fokus ke pengajaran bahasa, penelitian, dan isu-isu pendidikan. Semoga ini bisa menjadi ajang latihan untuk tetap eksis.

Friday, April 02, 2010

Lho kok miriiip

Kebetulan ajah liburan gini baca-baca koran kemaren lusa, eh di Kikmah Republika ada kasus yang mirip dengan kejadian jum'at pekan lalu - Pas banget seminggu. Afwan, tidak bermaksud merendahkan dan menyombongkan, cuma kok artikel hikmah ini mirip banget. Buat temen-temen yang tidak hadir karena kesibukannya, yaaaa ... itu semua sudah dibegitukan sama Allah. Siapa yang diizinkan hadir dan siapa yang tidak, mungkin sudah dituliskan. Semoga kita semua bisa selalu diizinkan untuk hadir mengisi hati. Belum tentu saya pun selalu diberi kelonggaran hati dan waktu untuk selalu hadir.

Ada sedikit catatan kecil; pertama, diperhatikan ada segelintir orang yang ketika membahas masalah agama terlihat taboo -- rupanya gaya di barat hampir diadopsi disini -- dan dipemainkan. Jadi ingat kemaren kajian ma umi bahwa kata ta' muruna bil ma'ruf dan watan hauna anil munkar katanya selalu beriringan karena ketika kita mengajak kebaikan mungkin kita tidak berani melarang kuburukan, apa lagi terhadap teman sendiri -- gak enak banget buat kasi komen ... gimana ya caranya? Yang kedua, ada juga yang menganggap apa yang mereka kerjakan juga sama-sama ibadah katanya dengan dalih "Kan mengahadiri pengajian juga sama saja dengan rapat, sama saja dengan membantu ini itu, itu juga kan sama-sama ibadah ... blah blah" insyaallah memang benar tapi kita juga kan bisa membedakan mana ibadah Mahdhah dan mana ibadadah ghaira Mahdhah. Semoga kita dihindarkan dari pandangan-pandangan yang tidak tahu membedakan kaum muslim dan kaum kafir. Wallahu'alam. Enjoy reading the article





Manusia itu Menyukai Neraka

Oleh: Prof Dr Ali Mustafa Yaqub

Ketua sebuah pengajian meminta maaf kepada penceramah karena jamaah yang hadir dalam pengajian tersebut tidak banyak. Ia semula mengharapkan agar jamaah yang datang dapat mencapai ribuan orang, tetapi ternyata hanya ratusan orang. Ia khawatir apabila penceramah kecewa dengan jumlah yang sedikit itu.

Apa komentar penceramah tersebut? Ia justru bersyukur dan tidak merasa kecewa. Katanya, ''Memang calon penghuni surga itu jumlahnya lebih sedikit dibandingkan calon penghuni neraka.'' Ia pernah membaca koran bahwa di Ancol diadakan pagelaran maksiat. Yang hadir dalam pesta kemungkaran itu mencapai 700 ribu orang. Kendati pesta itu dimulai jam delapan malam, pengunjung sudah mulai datang sejak jam satu siang.

Penceramah kemudian bertanya kepada para hadirin, ''Apakah ada pengajian yang dihadiri oleh 700 ribu orang?'' Hadirin pun serentak menjawab, ''Tidak ada.'' Ia kemudian bertanya lagi, ''Apakah ada pengajian yang dimulai jam delapan malam, tetapi jamaahnya sudah datang jam satu siang?'' Hadirin kembali serentak menjawab, ''Tidak ada.'' Penceramah kemudian berkata, ''Itulah maksiat, dan inilah pengajian. Kalau ada pengajian dihadiri oleh ratusan ribu orang, boleh jadi pengajian itu bermasalah.''

Ia juga mencontohkan dakwah Nabi Nuh AS. Beliau berdakwah selama hampir seribu tahun, tetapi pengikut beliau hanya 40 orang. ''Karena itu, kalau yang datang di pengajian ini mencapai ratusan orang, itu sungguh sudah bagus. Dan, begitulah calon-calon penghuni surga,'' tambahnya.

Lebih jauh, ustaz yang masih muda itu menyampaikan sebuah hadis tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa nanti pada hari kiamat, Nabi Adam AS akan dipanggil oleh Allah SWT. Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk memisahkan anak-cucunya, mana yang akan masuk surga dan mana yang akan masuk neraka. ''Ternyata,'' kata Nabi Muhammad SAW selanjutnya, ''Dari seribu anak-cucu Adam, 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) masuk neraka, dan hanya satu yang masuk surga.''

Ia kemudian mengajak jamaah untuk mengamati perilaku manusia setiap hari. ''Coba kita amati kehidupan manusia sehari-hari. Kita lihat mereka di pasar, pusat perbelanjaan modern atau mal, televisi, dan di mana saja. Ternyata lebih banyak yang senang bermaksiat daripada yang taat kepada Allah SWT. Orang bohong, penipu, ada di mana-mana, sementara yang shalat di masjid sepi-sepi saja. Ternyata manusia itu lebih menyukai neraka daripada surga.''

Monday, March 29, 2010

Day Care Memberdayakan Perempuan

Jum'at pekan lalu, setelah pengajian yang cuma dihadiri sekitar lima orang guru, Ibu pemateri ngajak ngobrol dulu dengan beberapa teman. Kebetulan tema kali itu adalah tentang persoalan hidup yang erat kaitannya dengan pendidikan anak baik anak kandung sendiri dan maupun anak didik. Dipenghujung obrolan kami, tiba-tiba salah satu temen bertanya mengenai Day Care yang konon ada didaerah tempat tinggal ibu pemateri dan akhirnya curhatlah si teman ini mengenai pembantunya yang sangat kasar terhadap anak dan dirinya. Hal yang membuat beliau konsern adalah ironisnya suatu keadaan dimana dia harus mendidik anak didik disekolah sedangkan anak kandungnya sendiri di 'didik' oleh pembantunya yang sudah pasti pola asuh tidak akan sesuai dengan harapan sang bunda. Katakan itu kasus pertama. Kasus kedua, saya langsung mendengar dari seorang ibu yang konsern pula dengan pola asuh anak yang dibesarkan pembantu. Sekarang anaknya yang hanya berumur setahun 3 bulan sudah ketagihan jajan, setiap kali menangis si bayi bisa diselimurkan dengan kata 'jajan' dan ditunjukkan uang seribu rupiah dan akhirnya diam.

Pola asuh seperti apa jika dari mulai sejak dini kebiasaan-kebiasaan ini sudah diterapkan? Pasti banyak kasus-kasus lain yang sangat membuat ibu-ibu sedih karena pola asuh tak sesuai. Sungguh ironis, sementara si ibu mempunyai ilmu pendidikan yang ideal untuk mendidik anak-anak didiknya di sekolah, sedangkan anak-anak dan bayi-bayi mereka dididik oleh pembantu yang nota bene - maaf - cuma lulusan SD dengan kemampuan bahasa yang terbatas, aksen-aksen berbahasa yang khas yang mungkin tidak pas dengan keinginan si ibu, tanpa bekal pengetahuan psikologi perkembangan, dan kasih sayang yang terbatas antara klien dan penjual jasa asuh. Kesemuanya ini adalah sebuah dilema bagi para ibu-ibu bekerja, tertama seorang guru yang super sibuk.


Dari fenomena diatas, jadi teringat tiga tahun lalu, ketika bekerja di Play House, sebuah Day Care di Brisbane - Australia. Berbeda dengan dilema-dilema tadi, bayi-bayi dan balita dititipkan di Day Care yang insyaallah certified dengan para pekerja yang at least memiliki blue card - kartu berkelakuan baik yang memberi kelayakan para pekerja bekerja dengan anak-anak di bawah umur. Dengan Blue Card kita menjamin diri kita sendiri bahwa kita tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan anak-anak. Pekerja Day Care wajib bersertifikasi pula yang dibekali dengan pengetahuan Developmental Psychology and Child Development. Anak yang dititipkan di latih dengan pola-pola tertentu seperti toilet training dengan pola berkala, pembisaan mencuci tangan dan pada intinya sistem keteraturan yang berpola. Kelebihan dititipkannya bayi-bayi dan anak-anak itu adalah membuat ibu-ibu mereka bisa bekerja dengan tenang dan selain itu juga day Care memperkerjakan ibu-ibu yang membutuhkan penghasilan. Jadi terjadi sementara si anak berada ditangan yang aman dan profesional meski perlakuan kasih sayang dan ikatan bathin tidak akan persis sama dengan dididik oleh ibunya sendiri. Kelebihan lainnya adalah anak-anak menjadi lebih mandiri karena mereka diatur dengan pola-pola khusus. Bekerja di Day Care membuat saya menyadari bahwa day care adalah salah satu solusi untuk masalah-masalah diatas dan juga sebagai alat women empowerment.


Memang banyak kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh Day Care di negara tadi tapi bila dilihat dari kaca mata pendidikan ruhiyah anak, mereka tidak mendapatkan pendidikan agama sama sekali. Hanya mental dan fisiknya lah yang dilatih tapi ruh dibiarkan kosong karena mereka tidak melihat azas-azas keagamaan. Dengan begitu, saya jadi teringat kegiatan mabit weekend lalu, yang difasilitasi oleh kaum ibu dan teteh-teteh pengasuh TPA. Kegitan itu berniat mengenalkan mesjid kepada anak-anak sebagai tempat beraktifitas. Pendidikan ruhiyah wajib ditanamkan sejak usia dini minimal mengenal mesjid sebagai tempat bermain, belajar dan dan melakukan aktifitas apa saja dengan tujuan pemakmuran mesjid. Selain itu penanaman nilai-nilai Islam perlu diterapkan sejak dini sehingga terinternalisasi dalam pola prilaku di masa-masa perkembangan anak.

Kegiatan pendidikan anak yang mulai dari Day Care sampai mabit, kesemuanya dilakukan oleh kaum perempuan. Jadi sebenarnya dari masalah-masalah yang diungkapkan diatas bisa dijadikan potensi olah para peremepuan untuk empowering themselves dengan mendirikan Day Care-Day Care yang menggabungkan jenis Day Care professional dengan nuansa keislaman yang kental, seperti program yang akan dilaunching oleh Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah) berencana membangun 200 Rumah Balita Sejahtera. Rumah ini disediakan untuk membantu orang tua yang bekerja agar anaknya tetap dalam pengawasan dengan muatan Islam yang akan ditanamkan kepada anak-anak yang dititipkan. Lihat link ini http://koran.republika.co.id/koran/0/107315/Salimah_Siapkan_200_Penampungan_Anak

Saturday, September 19, 2009

Write-back: Reflection

Bismillahirahamanirrahiim,

Finally I find back all the user name n password of my blog after a long-hard-trying speculation for any passwords I had. Today, by the end of the Holy Month I will restart a new life ... again ... after undergoing pretty much hassles ... ups and downs ....

I need to figure out all the ups n downs of my life ... since the last time I wrote my post, especially about my devotion as a muslimah. After the shocking home-return syndrome, I had been searching for the right, following the previous guide to see some one to fix my life. But it was so unfit till I find my Ummi who can control my wild nature. I was so fully engrossed in her spiritual atmosphere, her caring and understanding. I couldn't believe myself I could be so fired up to help and to support her mission to be the 'candidate' in the election. I felt so peaceful living in such spiritual condition. My feminism approximation was managed to the right path thru the 'S' organisation (read: I could mention the name). I'd been joining some poltical workshops, and meeting important people and contributing to the party-affiliated-youth group for any occasions. It's all about the spirit behind her noble attitude which is ended to the supplication to Allah.

However, here and now ... it's been totally different. My time was not enuf to get along with her and the mad'us. I've been straying away ... further and further away ... from Allah's protection. It's so painful for feeling not so intact during the Ramadhan. The beginining was when I change my job to the full timer thingies. As if my time was not enuf for all of those things. I am pretty glad having this job that I can still actually take care of my baby every day. On one side, this is really steady and secure and make me feel a little grown-up - that makes me stop adventuring. on the other side ... the buddies there I enjoy getting along with do not support me to the suplication, and the access to the cyber world is so vastly unpredictable - this is part of big contribution to my ups and downs.

The new world give me a big change that now I regret. The change that give me some excitement and sorrow. It'z so excited seeing all the people I know from the past but the excess ... was way too far interfering my peaceful life .... My mind is full of questions especially the 'whys'. Why You give this to me Ya Rabb? .... Is it the ordeal that backlashing to me coz once I unintentionally said something not nice and arrogantly challanged my self.

Reflecting back to all what has happened ... let's surrender and give it up all to HIM ... this is all happend due to His will.


This might be similar to the feeling ... Somewhere I Belong by LP

I had nothing to say
and i get lost in the nothingness inside of me
(i was confused)
and i live it all out to find, but im not the only person wit these things in mind
(inside of me)
but all that they can see the words revealed
is the only real thing that i got left to feel
(nothing to lose)
just stuck hollow and alone
and the fault is my own and the fault is my own

i wanna heal i wanna feel what i thought was never real
i wanna let go of the pain ive felt so long.
erase all the pain til its gone
i wanna heal i wanna feel like im close to something real.
i wanna find something ive wanted all along
somewhere i belong

and i got nothing to say. i cant believe i didnt fall right down on my face
(i was confused)
look at everywhere only to find.
it is not the way i had imagined it all in my mind.
(so what am i)
what do i have but negativity
cuz i cant trust no one by the way everyone is looking at me
(nothing to lose)
nothing to gain im hollow and alone
and the fault is my own
and the fault is my own

(Chester)
I will never know myself until i do this on my own
cuz i will never feel anything else until my wounds are healed
i will never be anything til i break away from me
i will break away. ill find myself today











Search and Download More Music Free

Tuesday, March 25, 2008

It's bad to be back home.


Alhamdulillah, masih bisa posting. Hampir setahun gak posting, too many stories too little time. Internet juga baru connect kemaren-kemaren. Too many things have been happening these days, since I arrived from Brisbane (July 07). After the arrival, so zibok bgt, mulai signing up for Lara, managing the properties, applying for some jobs, dealing with the fluctuating currency, nomad-ing – moving from house to another with bits and pieces. I am weary.

Going home? So unpleasant peesaan. Too many scary things at home-country, I wish I could go back. Beginning from school seeking, three schools even just some experiments for Lara. Secondly, I fought for managing the properties along with all the hassle buzzle fraud, dealing with the brick layers people who, at least, contribute to my ferocity. Next, applying the jobs might not be as harsh as other businesses, so far it’s been good enough but it makes me all in rush every minute. I love my job but it’s hard to manage. I name it, “The best place, the worst time” job. Anyway I need it for survival. About the currency? ahh … it made me crazy when it was ended up with zero account. There are many more issues that I shouldn’t say. The point is that post-overseas-syndrome is shocking.

Couple of days ago, it was a real sad story. My daughter couldn’t stand crying missed all the friends and teacher in Brisbane. “why can’t we go back to Australia, mummy?” What can I do? 

 
 



Wednesday, May 09, 2007

Fastabiqul Khairat

"I was nearly crying mummy, when I looked at their scar. I was so scared". Itulah komen yang keluar dari mulut seorang anak usia 5 tahun ketika melihat saudaranya, dua orang anak perempuan, menjadi korban lahapan api di Aceh.

Sore itu selesai ngajar di Ironside, rencananya pengen ngajak Lara ke tempat keluarga Pak Rasmidin yang baru datang dari Aceh - terkena musibah dan menjadi korban kebakaran sekeluarga. Hendak mengajak seorang anak untuk bisa lebih bersyukur akan nikmat-Nya dan sarana belajar caring terhadap sesama. Kebetulan sore itu juga kita diajak pergi kesana mengantarkan makanan Indonesia. Alhamdulilah ternyata mereka bisa bermain sama Lara seperti anak-anak sehat yang lain walaupun kaki dan tangan mereka perlu perbaikan medis akibat luka bakar.



MasyaAllah, sesampai disana kami melihat anak-anak nya yang terkenai kobaran api, sangat memilukan. Ayahnya bercerita dari awal terjadi sampai bisa datang ke Austalia untuk mendapatkan bantuan medis dari ROMAC. Mendengar ceritanya kita bisa banyak mengambil hikmah dengan apa yang menimpa mereka. Kalau memang Allah SWT menghendaki, lari kemanapun kita dari takdir, Allah pasti memberikan ujian-Nya. Keluarga ini memang sudah menjadi korban Tsunami 2004 silam dan hendak mencari dataran yang lebih tinggi karena trauma dengan gelombang tsunami, maka mereka mendirikan rumah kayu di daerah yang masih tidak terlalu padat penduduknya. Suatu malam ketika gempa hebat melanda Aceh kembali rumah mereka terbakar dan mereka dalam keadaan sedang terlelap. Mereka baru sadar setelah dikepung api, ayahnya menyelamatkan semua anaknya dengan menerobos api berkali-kali hingga dia pingsan selama 21 hari. Kedua anak perempuannya mengalami malformation pada bagian kaki dan tangan akibat luka bakar dan akan dioperasi di sini, Royal Children Hospital Brisbane.

Alhamdulillah, saudara-saudara seiman yang ada disini pun tak kalah sedang berlomba-lomba beramal membatu keluarga Pak Rasmidin. Banyak sekali cerita-cerita tentang kunjungan masyarakat Indonesia yang ada di Brisbane. Mudah-mudahan terhindar dari riya.

Itu adalah satu sisi perjuangan satu keluarga yang sangat nyata untuk memperbaiki nasib anak-anak mereka. Di satu sisi, dalam minggu yang sama masyarakat muslim Indonesia yang sedang berlomba dalam kebaikan lewat Pak Rasmidin, di sisi lain juga ada yang sedang berlomba memperdebatkan mana yang lebih baik Al-Qur'an atau karya sastra, dua kubu berbeda pendapat dengan sengit sampai posting-posting tak sehat berkeliaran. Setiap orang yang punya hati nurani pasti tahu kalau perkara tidak layak untuk diperdebatkan. Tapi apa sih yang sebenarnya mereka cari? Mengapa harus memancing di air keruh? Lihat kembali pencarian Pak Rasmidin yang sungguh-sungguh memperjuangkan hal nyata.

Wednesday, April 25, 2007

Maulid Nabi benarkah ...?

Ahmad Sarwat, Lc.

Fakta yang sesungguhnya dari kehidupan Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada riwayat yang menyebutkan beliau pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan ritual tertentu. Bahkan para shahabat beliau pun tidak pernah kita baca dalam sejarah pernah mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi SAW.Bahkan upacara secara khusus untuk merayakan ritual maulid nabi SAW juga tidak pernah kita dari generasi tabi'in hingga generasi salaf selanjutnya. Perayaan seperti ini secara fakta memang tidak pernah diajarkan, tidak pernah dicontohkan dan juga tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullah SAW, para shahabat bahkan para ulama salaf di masa selanjutnya.Perayaan maulid nabi SAW secara khusus baru dilakukan di kemudian hari. Dan ada banyak versi tentang siapa yang memulai tradisi ini. Sebagian mengatakan bahwa konon Shalahuddin Al-Ayyubi yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani. Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan. Sehingga terjadi interaksi yang majemuk dan melahirkan berbagai pengaruh satu sama lain.Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid ini dimulai pada masa dinasti Daulah Fatimiyyah di Mesir pada akhir abad keempat hijriyah. Hal itu seperti yang ditulis pada kitab Al-A'yad wa atsaruha alal Muslimin oleh Dr. Sulaiman bin Salim As-Suhaimi hal. 285-287. Disebutkan bahwa para khalifah Bani Fatimiyyah mengadakan perayaan-perayaan setiap tahunnya, di antaranya adalah perayaan tahun baru, asyura, maulid Nabi sAW bahwa termasuk maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein serta maulid Fatimah dll. (Al-Khuthoth 1/490).Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa perayaan maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Sa'id Kukburi.Hukum Merayakan Maulid Nabi SAWMereka yang sekarang ini banyak merayakan maulid nabi SAW seringkali mengemukakan dalil. Di antaranya:1. Mereka berargumentasi dengan apa yang ditulis oleh Imam As-Suyuti di dalam kitab beliau, Hawi li al-Fatawa Syaikhul Islam tentang maulid serta Ibn Hajar Al-Asqalani ketika ditanya mengenai perbuatan menyambut kelahiran nabi SAW. Beliau telah memberi jawaban secara bertulis:Adapun perbuatan menyambut maulid merupakan bid'ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para salafush-shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah. Namun perayaan itu penuh dengan kebaikan dan perkara-perkara yang terpuji, meski tidak jarang dicacat oleh perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya.Jika sambutan maulid itu terpelihara dari perkara-perkara yang melanggar syari'ah, maka tergolong dalam perbuatan bid'ah hasanah. Akan tetapi jika sambutan tersebut terselip perkara-perkara yang melanggar syari'ah, maka tidak tergolong di dalam bida'ah hasanah.2. Selain pendapat di atas, mereka juga berargumentasi dengan dalil hadits yang menceritakan bahwa siksaan Abu Lahab di neraka setiap hari Senin diringankan. Hal itu karena Abu Lahab ikut bergembira ketika mendengar kelahiran keponakannya, Nabi Muhammad SAW. Meski dia sediri tidak pernah mau mengakuinya sebagai Nabi. Bahkan ekspresi kegembiraannya diimplementasikan dengan cara membebaskan budaknya, Tsuwaibah, yang saat itu memberi kabar kelahiran Nabi SAW.Perkara ini dinyatakan dalam sahih Bukhari dalam kitab Nikah. Bahkan Ibnu Katsir juga membicarakannya dalam kitabnya Siratunnabi jilid 1halaman 124.Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin Ad-Dimasyqi menulis dalam kitabnya Mawrid as-sadi fi Mawlid al-Hadi : "Jika seorang kafir yang memang dijanjikan tempatnya di neraka dan kekal di dalamnya" (surat Al-Lahab ayat 111) diringankan siksa kuburnya tiap Senin, apalagi dengan hamba Allah yang seluruh hidupnya bergembira dan bersyukur dengan kehadiran Ahmad dan meninggal dengan menyebut "Ahad"?3. Hujjah lainnya yang juga diajukan oleh para pendukung maulid Nabi SAW adalah apa yang mereka katakan sebagai pujian dari Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani.Menurut mereka, Ibnu Hajar telah menulis di dalam kitabnya, 'Al-Durar al-Kamina fi 'ayn al-Mi'at al-thamina' bahwa Ibnu Kathir telah menulis sebuah kitab yang bertajuk maulid Nabi di penghujung hidupnya, "Malam kelahiran NabiSAW merupakan malam yang mulia, utama, dan malam yang diberkahi, malam yang suci, malam yang menggembirakan bagi kaum mukmin, malam yang bercahaya-cahaya, terang benderang dan bersinar-sinar dan malam yang tidak ternilai."4. Para pendukung maulid nabi SAW juga melandaskan pendapat mereka di atas hadits bahwa motivasi Rasulullah SAW berpuasa hari Senin karena itu adalah hari kelahirannya. Selain karena hari itu merupakan hari dinaikkannya laporan amal manusia.Abu Qatadah Al-Ansari meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, menjawab, "Itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul."Hadits ini bisa kita dapat di dalam Sahih Muslim, kitab as-siyam (puasa)Pendapat yang MenentangNamun argumentasi ini dianggap belum bisa dijadikan landasan dasar pensyariatan seremoni maulid nabi SAW.Misalnya cerita tentang diringankannya siksa Abu Lahab itu, mereka mengatakan bahwa Abu Lahab yang diringankan siksanya itu pun hanya sekali saja bergembiranya, yaitu saat kelahiran. Dia tidak setiap tahun merayakan kelahiran nabi dengan berbagai ragam seremoni. Kalau pun kegembiraan Abu Lahab itu melahirkan keringanan siksanya di neraka tiap hari Senin, bukan berarti orang yang tiap tahun merayakan lahirnya nabi SAW akan mendapatkan keringanan siksa.Demikian juga dengan pujian dari Ibnu Katsir, sama sekali tidak bisa dijadiakan landasan perintah untuk melakukan sermonial khusus di hari itu. Sebab Ibnu Katsir hanya memuji malam hari di mana Nabi SAW lahir, namun tidak sampai memerintahkan penyelenggaraan seremonial.Demikian juga dengan alasan bahwa Rasulullah SAW berpuasa di hari Senin, karena hari itu merupakan hari kelahirannya. Hujjah ini tidak bisa dipakai, karena yang saat dilakukan bukan berpuasa, tapi melakukan berbagai macam aktifitas setahun sekali. Kalau pun mau berittiba' pada hadits itu, seharusnya umat Islam memperbanyak puasa sunnah hari Senin, bukan menyelenggarakan seremoni maulid setahun sekali.Bahkan mereka yang menentang perayaan maulid nabi ini mengaitkannya dengan kebiasaan dari agama sebelum Islam. Di mana umat Yahudi, Nasrani dan agama syirik lainnya punya kebiasaan ini. Buat kalangan mereka, kebiasaan agama lain itu haram hukumnya untuk diikuti. Sebaliknya harus dijauhi. Apalagi Rasulullah SAW tidak pernah menganjurkannya atau mencontohkannya.Dahulu para penguasa Mesir dan orang-orang Yunani mengadakan perayaan untuk tuhan-tuhan mereka. Lalu perayaan-perayaan ini di warisi oleh orang-orang Kristen, di antara perayaan-perayaan yang penting bagi mereka adalah perayaan hari kelahiran Isa al-Masih, mereka menjadikannya hari raya dan hari libur serta bersenang-senang. Mereka menyalakan lilin-lilin, membuat makanan-makanan khusus serta mengadakan hal-hal yang diharamkan.Dan akhirnya, para penentang maulid mengatakan bahwa semua bentuk perayaan maulid nabi yang ada sekarang ini adalah bid'ah yang sesat. Sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk menyelenggarakannya atau ikut mensukseskannya.Jawaban dari Pendukung MaulidTentu saja para pendukung maulid nabi SAW tidak rela begitu saja dituduh sebagai pelaku bid'ah. Sebab dalam pandanga mereka, yang namanya bid'ah itu hanya terbatas pada ibadah mahdhah (formal) saja, bukan dalam masalah sosial kemasyarakatan atau masalah muamalah.Adapun seremonial maulid itu oleh para pendukungnya diletakkan di luar ritual ibadah formal. Sehingga tdak bisa diukur dengan ukuran bid'ah. Kedudukannya sama dengan seorang yang menulis buku tentang kisah nabi SAW. Padahal di masa Rasulullah SAW, tidak ada perintah atau anjuran untuk membukukan sejarah kehidupan beliau. Bahkan hingga masa salah berikutnya, belum pernah ada buku yang khusus ditulis tentang kehidupan beliau.Lalu kalau sekarang ini umat Islam memiliki koleksi buku sirah nabawiyah, apakah hal itu mau dikatakan sebaga bid'ah? Tentu tidak, karena buku itu hanyalah sarana, bukan bagian dari ritual ibadah. Dankeberadaan buku-buku itu justru akan membuat umat Islam semakin mengenal sosok beliau. Bahkan seharusnya umat Islam lebih banyak lagi menulis dan mengkaji buku-buku itu.Dalam logika berpikir pendukung maulid, kira-kira seremonial maulid itu didudukkan pada posisi seperti buku. Bedanya, sejarah nabi SAW tidak ditulis, melainkan dibacakan, dipelajari, bahkan disampaikan dalam bentuk seni syair tingkat tinggi. Sehingga bukan melulu untuk konsumsi otak, tetapi juga menjadi konsumsi hati dan batin. Karena kisah nabi disampaikan dalam bentuk syair yang indah.Dan semua itu bukan termasuk wilayah ibadah formal (mahdhah) melainkan bidang muamalah. Di mana hukum yang berlaku bahwa segala sesuatu asalnya boleh, kecuali bila ada dalil yang secara langsung melarangnya secara eksplisit.KesimpulanSebagai bagian dari umat Islam, barangkali kita ada di salah satu pihak dari dua pendapat yang berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya, tentu saja bukan pada tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling menjelekkan, saling tuding, saling caci dan saling menghujat.Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan maulid nabi SAW, suka atau tidak suka, memang telah kita warisi dari zaman dulu. Para pendahulu kita sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.Sementara di masa sekarang ini, sebagai umat Islam, kita justru sedang berada di depat mulut harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebuasan binatang pemakan bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan sesamasaudara kitasendiri, hanya lantaran masalah ini.Sebaliknya, kita justru harus saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan masing-masing. Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai, maka para pemangsa itu akan semakin gembira.Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.

Mimpi Aneh

Hanya sebuah mimpi aneh belaka ...
Di persimpangan jalan ake ketemu jamaah yang gak mau kasih tahu kemana mereka pergi, katanya akan ke Maulid Nabi, tapi aku gak boleh tahu. Karena mereka takut .... Penasaran, aku ikuti kemana mereka pergi, ternyata mereka adalah teman-temanku.

Aku intip apa yang terjadi ... MasyaAllah ... mereka lagi bermain roleplay dengan memegang sebuah boneka plastik. Roleplay itu berupa ritual yang gak pernah kebayang sama sekali akan terjadi ... Katanya ... Setiap perempuan dilarang melihat apalagi mengintip seperti aku. Celaka pasti aku ketahuan ....

Dibalik tirai aku mengintip ... dalam ritual mereka, seorang penghulunya berperan sebagai Abdul Muthalib memegang boneka plastik dan hendak menyunatnya. MasyaAllah ... ampuni aku bila aku sampai berkesimpulan salah dengan apa yang aku lihat. Aku teringat ketika membaca "The Sealed Nectar "... ketika Baginda Rasulullah saw dikhitan di depan Ka'bah oleh kakeknya. Dalam nyanyian dan seruannya terdengar mereka bermain peran seperti itu, Naudzubillah ...

Bagaimana mungkin mereka menjadikan boneka plastik itu sebagai ... aku tak tega meneruskannya. Tapi yang bisa membuatku mempercayai mereka melakukan itu adalah ...

Penghulunya kemudian keluar dan segera tahu bahwa ditempat itu ada yang bukan jamaahnya dan langsung menghardikku dengan mencarai-cari masalah. Kami beradu argumen hingga kuludahi mukanya. Astagfirullah ... dan aku terbangun.

Hadist riwayat Bukhori, dari Umar R.A berkata:
“Janganlah kalian berlebih lebihan dalam memujiku sebagaimana orang orang Nasrani memuji anak Maryam, Aku tidak lain hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : hamba Allah dan Rasul Allah”