... kenangan manis di Brisbane yang gak mungkin terlupakan.
Ied Mubarak to every moslem I know, buat semua temans yang telah mengisi Ramadhan dan Eid dengan keikhlasan. Taqoballuhu Minna Waminkum, Shiyamana Washiyamakum.
Terutama buat anak-anak kita yang mungkin akan lupa dan tidak merasa menikmati indahnya Eid seperti kita di waktu kecil. Environment yang sangat sekuler membuat anak-anak kita lupa akan indahnya berlebaran, mereka gak tahu apa pentingnya Eid dan menganggapnya bukan something special. Sangat disayangkan, hal ini membuat para orang tua ingin memberi acara yang spesial buat anak-anaknya di Hari Lebaran.
Lahirlah ide dari sekitar kawasan Taringa untuk membuat acara yang mengingatkan pada anak-anak tentang indahnya berlebaran. Idenya berawal akan diadakan di Perrin Park dengan tanggal yang gak begitu pasti berhubung adanya acara halal bihalal IISB. Acara disusun Bu Siti, salah satu intinya adalah memberi hadiah buat anak-anak dari orang tua masing-masing. Hal ini ditujukan untuk menyaingi Chrismast yang sangat meriah dan menggoda anak-anak kita untuk melupakan nilai-nilai keislaman. Sementara tanggal halal bihalal bentrok dengan acara semula jadi sebaiknya acara diadakan di rumah sekalian dengan syukuran milad Lara yang ke-lima. Berhubung tradisi tiup lilin sudah melekat dengan anak-anak, terpaksa ritual itu gak bisa nggak harus dijalankan, meskin ingat kata kakek kalo ulang tahun gak usah tiup lilin kaya "walanda" katanya.
Akhirnya ide berlebaran dengan milad menjadi paduan yang seru, yang penting anak-anak happy dan merasa berlebaran walopun mix dengan berulang tahun. Teman-teman yang datang adalah kerabat-kerabat baik termasuk keluarga Taringa dan temans halaqoh.
Thursday, October 26, 2006
Friday, October 20, 2006
To good to be missed
This article is quoted from the mail-list. It's too good to be deleted, I saved it here for the time to ponder.
BERTAFAKURLAH. ... (Merenunglah. .)Sumber "Mencari Mutiara di Dasar Hati" catatan Perenungan Ruhani (Moh. Nursani), Tarbawi Press.
Saudaraku ... Satu di antara pekerjaan syaitan adalah menimbulkan keraguan dan khayalan kosong. Keraguan dan khayalan umumnya akan mengarahkan pada kekhawatiran dan putus asa dari rahmat Allah. Gelisah yg tak jelas apa yg menjadi inti kegelisahan, padahal segala sesuatu yg dikhawatirkan itu belum tentu terjadi.
Gundah yg tak ada asalnya, padahal peristiwa yg melahirkan kegundahan itu belum dialami. Sungguh kita kerap menjadi objek syaitan. Syaitanlah yg berjanji, "Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pd mereka"(QS. An-Nisa:119) .
Saudaraku ... Jauhilah pikiran yg tdk bermanfaat. Buanglah kekhawatiran yg tdk pd tempatnya. Campakkan khayalan kosong yg tak jelas ujung pangkalnya itu. Karena semuanya takkan menambah apa-apa kecuali membuat kita bisa makin terpuruk pd jerat frustasi dan ketakutan yg tak mendasar. Kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan yg tak ada ujung pangkalnya. Merasa sunyi dalam keramaian. Sedih di tengah kegembiraan. Atau bahkan, mati di tengah sejuta harapan utk hidup. Jika kita pernah mengalami suasana hati seperti itu, maka Allah SWT memberikan jawabannya. "Sesungguhnya orang-orang yg bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat pada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan nya" (QS. Al-A`raf:201- 202) itulah jawaban dari Allah SWT.
Saudaraku yg dikasihi Allah, Menurut Imam al-Ghazali, awal dari segala perbuatan adalah kegiatan berfikir. Karenanya, orang yg selalu berfikir panjang dan mendalam (bertafakur) akan lebih mudah melaksanakan segala ibadah ketaatan yg lainnya. "Jika sudah sampai di hati, maka keadaan hati akan berubah. Jika hati sudah berubah, maka perilaku anggota badan akan berubah. Jika pebuatan mengikuti keadaan, maka keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran. Oleh karena itu pikiran adalah awal kunci segala kebaikan." (Abu Hamid al-Ghazaly, Ihya `Ulumuddin,IV/ 389).
Bertafakur bukan berkhayal dan berangan-angan kosong. Bukan memikirkan soal keduniaan yg tak pernah habis. Bukan menguras pikiran utk membahas problematika hidup yg hanya ada di dunia. Tapi mengarahkan kita utk memikirkan fenomena alam dan kaitannya dg keimanan. Itulah tafakur yg akan mempunyai pengaruh pada kebersihan hati. Tafakur adalah berfikir menerawang jauh dan merobos alam dunia ke dalam alam akhirat, dari alam ciptaan menuju kepada Sang Pencipta. Berfikir kadang hanya terbatas pada upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan dunia, sedang tafakur dapat menerobos sempitnya dunia ini menuju alam akhirat yg luas, keluar dari belenggu materi menuju alam spiritual yg tiada batas.Karena itu, jika kita memiliki hati yg selalu merenung atau bertafakur ttg ketinggian dan keagungan Allah SWT serta memikirkan kehidupan akhirat, keadaan itu akan memberi kemampuan kita membongkar dgn mudah niat-niat jahat yg terlintas dlm benak kita sendiri. Kita akan memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil dzikir dan tafakur yg berkesinambungan itu. Setiap kali terlintas suatu niat jahat atau buruk, maka pikiran, perasaan dan pandangan baik kita dapat segera mengetahui dan mengendalikan diri utk menghancurkan niat jahat atau buruk itu.Sungguh tepat sekali apa yg diwasiatkan Amir bin Abi Qais rahimullah, "Aku mendengar bukan satu kali, dua kali atau tiga kali dari sahabat nabi yg mengatakan, "Sesungguhnya pelita atau cahaya keimanan itu ada pada tafakur." Sofyan bin Uyainah juga pernah mengatakan, "Pemikiran itu adalah cahaya yg masuk dlm hatimu dan mungkin bisa digambarkan spt dalam syair: 'Jika seseorang bertafakur, maka segala sesuatu ada pelajaran baginya" (Tafsir ibnu Kastir, 1/438)Atau lihatlah kebiasaan bertafakur Abu Sulaiman ad-Darani, seorang shalih dari generasi tabiin, sehingga ia kerap dapat memetik pelajaran utk dirinya. "Sekedar aku keluar dari rumah dan apa yg tertangkap oleh mataku, pasti aku melihat bahwa ada nikmat Allah atasku dari apa yang kulihat. Dan dari sana aku memetik pelajaran untukku." (Tafsir Ibnu katsir, 1/438).Saudaraku,Pernah ada seorang pemuda yg mengeluh akan kebekuan hatinya kepada seorang ulama besar, hasan al-banna. Hasan al-banna lalu mengatakan, "Berfikirlah dan berdzikir dlm waktu-waktu senyap, saat-saat kesendirian. Munajat dan merenungi alam semesta yg sangat istimewa dan menganggumkan, kemudian mengangungkan keindahan dan kemuliaan Allah dari alam semesta itu, lalu menyinambungkan kegiatan seperti itu, berlama - lama memikirkan hal itu dgn menghadirkan keangungan Sang Pencipta. Menggerakkan hati, lisan terhadap semua tanda - tanda keagungan yg menajubkan dan hikmah Allah yg sangat tinggi. Semua itu wahai saudaraku yang mullia, tafakkur akan menjadikan hatimu hidup, sinarnya akan menerangi seluruh sisi jiwa dgn keimanan dan keyakinan. Bukankah Allah SWT berfirman dlm al-Qur`an, "Sesungguhhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda bagi ulul albab (orang yang berakal)". (al-Aqidah, Sayyid Qutb,104).Pikirkanlah, Allah selalu melihat di mana saja kita berada. Kekuasaan-Nya sangat dekat dgn diri kita bahkan ada di urat nyawa kita. Mungkin, meski sangat dekat, kita tidak merasakannya. Kita sudah melakukan kesombongan dan maksiat yg menyebabkan kita menjadi semakin 'jauh' dengan Allah. Dosa kita menjadi 'hijab' yg menghalangi kita dari merasakan kebesaran Allah SWT. Siapa yg merasakan kebesaran Allah SWT, siapa yg merasakan keadaan ini? Hanya kita sendiri. Orang lain tidak dapat menilai sejauh mana kedekatan kita dgn Allah kecuali hanya melihat dan menilai secra zahir. Sementara dari segi batinnya, hanya Allah yg Maha Mengetahui.Mari sama-sama bertafakur saudaraku,Bertafakur, apakah semua nikmat Allah itu sudah kita syukuri. Bertafakur, apakah karunia Allah di alam semesta ini telah menjadikan kita lebih mencintai dan mengagungkan Allah sebagai Penciptanya? Bertafakur, bagaimana kehidupan kita di akhirat? Bertafakurlah, bagaimana nasib kita setelah mati? Bertafakurlah, bagaimana keadaan kita di dalam kuburan? Bertafakurlah apakah kita akan memasuki surga atau neraka? Bertafakurlah, apakah timbangan amal kita sudah cukup?Bertafakurlah. ..
BERTAFAKURLAH. ... (Merenunglah. .)Sumber "Mencari Mutiara di Dasar Hati" catatan Perenungan Ruhani (Moh. Nursani), Tarbawi Press.
Saudaraku ... Satu di antara pekerjaan syaitan adalah menimbulkan keraguan dan khayalan kosong. Keraguan dan khayalan umumnya akan mengarahkan pada kekhawatiran dan putus asa dari rahmat Allah. Gelisah yg tak jelas apa yg menjadi inti kegelisahan, padahal segala sesuatu yg dikhawatirkan itu belum tentu terjadi.
Gundah yg tak ada asalnya, padahal peristiwa yg melahirkan kegundahan itu belum dialami. Sungguh kita kerap menjadi objek syaitan. Syaitanlah yg berjanji, "Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pd mereka"(QS. An-Nisa:119) .
Saudaraku ... Jauhilah pikiran yg tdk bermanfaat. Buanglah kekhawatiran yg tdk pd tempatnya. Campakkan khayalan kosong yg tak jelas ujung pangkalnya itu. Karena semuanya takkan menambah apa-apa kecuali membuat kita bisa makin terpuruk pd jerat frustasi dan ketakutan yg tak mendasar. Kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan yg tak ada ujung pangkalnya. Merasa sunyi dalam keramaian. Sedih di tengah kegembiraan. Atau bahkan, mati di tengah sejuta harapan utk hidup. Jika kita pernah mengalami suasana hati seperti itu, maka Allah SWT memberikan jawabannya. "Sesungguhnya orang-orang yg bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat pada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan nya" (QS. Al-A`raf:201- 202) itulah jawaban dari Allah SWT.
Saudaraku yg dikasihi Allah, Menurut Imam al-Ghazali, awal dari segala perbuatan adalah kegiatan berfikir. Karenanya, orang yg selalu berfikir panjang dan mendalam (bertafakur) akan lebih mudah melaksanakan segala ibadah ketaatan yg lainnya. "Jika sudah sampai di hati, maka keadaan hati akan berubah. Jika hati sudah berubah, maka perilaku anggota badan akan berubah. Jika pebuatan mengikuti keadaan, maka keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran. Oleh karena itu pikiran adalah awal kunci segala kebaikan." (Abu Hamid al-Ghazaly, Ihya `Ulumuddin,IV/ 389).
Bertafakur bukan berkhayal dan berangan-angan kosong. Bukan memikirkan soal keduniaan yg tak pernah habis. Bukan menguras pikiran utk membahas problematika hidup yg hanya ada di dunia. Tapi mengarahkan kita utk memikirkan fenomena alam dan kaitannya dg keimanan. Itulah tafakur yg akan mempunyai pengaruh pada kebersihan hati. Tafakur adalah berfikir menerawang jauh dan merobos alam dunia ke dalam alam akhirat, dari alam ciptaan menuju kepada Sang Pencipta. Berfikir kadang hanya terbatas pada upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan dunia, sedang tafakur dapat menerobos sempitnya dunia ini menuju alam akhirat yg luas, keluar dari belenggu materi menuju alam spiritual yg tiada batas.Karena itu, jika kita memiliki hati yg selalu merenung atau bertafakur ttg ketinggian dan keagungan Allah SWT serta memikirkan kehidupan akhirat, keadaan itu akan memberi kemampuan kita membongkar dgn mudah niat-niat jahat yg terlintas dlm benak kita sendiri. Kita akan memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil dzikir dan tafakur yg berkesinambungan itu. Setiap kali terlintas suatu niat jahat atau buruk, maka pikiran, perasaan dan pandangan baik kita dapat segera mengetahui dan mengendalikan diri utk menghancurkan niat jahat atau buruk itu.Sungguh tepat sekali apa yg diwasiatkan Amir bin Abi Qais rahimullah, "Aku mendengar bukan satu kali, dua kali atau tiga kali dari sahabat nabi yg mengatakan, "Sesungguhnya pelita atau cahaya keimanan itu ada pada tafakur." Sofyan bin Uyainah juga pernah mengatakan, "Pemikiran itu adalah cahaya yg masuk dlm hatimu dan mungkin bisa digambarkan spt dalam syair: 'Jika seseorang bertafakur, maka segala sesuatu ada pelajaran baginya" (Tafsir ibnu Kastir, 1/438)Atau lihatlah kebiasaan bertafakur Abu Sulaiman ad-Darani, seorang shalih dari generasi tabiin, sehingga ia kerap dapat memetik pelajaran utk dirinya. "Sekedar aku keluar dari rumah dan apa yg tertangkap oleh mataku, pasti aku melihat bahwa ada nikmat Allah atasku dari apa yang kulihat. Dan dari sana aku memetik pelajaran untukku." (Tafsir Ibnu katsir, 1/438).Saudaraku,Pernah ada seorang pemuda yg mengeluh akan kebekuan hatinya kepada seorang ulama besar, hasan al-banna. Hasan al-banna lalu mengatakan, "Berfikirlah dan berdzikir dlm waktu-waktu senyap, saat-saat kesendirian. Munajat dan merenungi alam semesta yg sangat istimewa dan menganggumkan, kemudian mengangungkan keindahan dan kemuliaan Allah dari alam semesta itu, lalu menyinambungkan kegiatan seperti itu, berlama - lama memikirkan hal itu dgn menghadirkan keangungan Sang Pencipta. Menggerakkan hati, lisan terhadap semua tanda - tanda keagungan yg menajubkan dan hikmah Allah yg sangat tinggi. Semua itu wahai saudaraku yang mullia, tafakkur akan menjadikan hatimu hidup, sinarnya akan menerangi seluruh sisi jiwa dgn keimanan dan keyakinan. Bukankah Allah SWT berfirman dlm al-Qur`an, "Sesungguhhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda bagi ulul albab (orang yang berakal)". (al-Aqidah, Sayyid Qutb,104).Pikirkanlah, Allah selalu melihat di mana saja kita berada. Kekuasaan-Nya sangat dekat dgn diri kita bahkan ada di urat nyawa kita. Mungkin, meski sangat dekat, kita tidak merasakannya. Kita sudah melakukan kesombongan dan maksiat yg menyebabkan kita menjadi semakin 'jauh' dengan Allah. Dosa kita menjadi 'hijab' yg menghalangi kita dari merasakan kebesaran Allah SWT. Siapa yg merasakan kebesaran Allah SWT, siapa yg merasakan keadaan ini? Hanya kita sendiri. Orang lain tidak dapat menilai sejauh mana kedekatan kita dgn Allah kecuali hanya melihat dan menilai secra zahir. Sementara dari segi batinnya, hanya Allah yg Maha Mengetahui.Mari sama-sama bertafakur saudaraku,Bertafakur, apakah semua nikmat Allah itu sudah kita syukuri. Bertafakur, apakah karunia Allah di alam semesta ini telah menjadikan kita lebih mencintai dan mengagungkan Allah sebagai Penciptanya? Bertafakur, bagaimana kehidupan kita di akhirat? Bertafakurlah, bagaimana nasib kita setelah mati? Bertafakurlah, bagaimana keadaan kita di dalam kuburan? Bertafakurlah apakah kita akan memasuki surga atau neraka? Bertafakurlah, apakah timbangan amal kita sudah cukup?Bertafakurlah. ..
Thursday, October 19, 2006
Homework from Halaqoh
Sekitar sebulan yg lalu ada PR buat cari cerita shohabat Rasulullah, tapi gak pernah ketemu selain yang Khulafaur Rasyidin. Biarain aja lah ini juga bisa jadi cerita mungkin.
Usamah ra. sebagai Panglima Ibnu Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah bin Zaid ra. bahwa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menyerang suku kaum Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di Jaraf di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk keluar berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat berdekatan dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan dan berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera datang ke perkemahan itu, dan siapa yang masih ada urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu. Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul, melainkan dia ikut dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta. Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada di antara kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu, karena usianya masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak mengkritiknya ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana Rasuluilah mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini, padahal banyak lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin perang". karena itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan kepemimpinan Usamah ra. Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta menjawab keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai tentang Usamah. Beliau SAW sangat marah, lalu memakai sorbannya dan keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah berkumpul di situ, beliau naik mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata: "Amma ba'du! Wahai sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya si Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka hendaklah kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah di antara sebaik-baik manusia di antara kamu!". Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya, pada hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum Muhajirin yang hendak berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada Rasulullah SAW untuk mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin Al-khatthab ra. dan Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka: "Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra. (yaitu ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah! Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra. berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa bimbang dalam perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan: "Biarkan segera Usamah berangkat!".Orang ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka menginap di situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW pada hari Ahad dan Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat. Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum wanita dari kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium Rasulullah SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua belah tangannya ke arah langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga kesemuanya telah siap untuk berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah SAW telah segar sedikit, maka aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal, kata Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera dengan diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah mereka karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian datang pula Abu Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan pernikahan puteri Kharijah, izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra. pun kembali kepada pasukannya yang sedang menunggu penntahnya untuk bergerak, dan dia telah memerintahkan siapa yang masih belum berkumpul di markasnya supaya segera datang karena sudah tiba waktunya untuk bergerak. Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya, datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan pasukan itu, dan segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika matahari tenggelam pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang bermarkas di Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah. Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil bendera perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak dilipat sehingga Usamah memimpin pasukannya berangkat ke medan perang Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia. Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab, sebagian mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra. memanggil Usamah lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat memerangi bangsa Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelum wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan untuk memegang bendera perang telah berada di markasnya di sana. Tetapi para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang kepada Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah! Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar engkau akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami pada masa ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua. Yang satu untuk engkau kirimkan kepada kaum Arab yang murtad itu untuk mengembalikan mereka kepada Islam, dan yang lain engkau pertahankan di Madinah untuk menjaganya, siapa tahu kalau-kalau ada yang datang untuk menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak, maka yang tinggal di sini hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana mereka dapat mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum Romawi itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih dahulu, kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa Romawi itu, bukankah itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang dari bangsa Romawi itu untuk datang menyerang kita pada masa ini!. Abu Bakar ra. hanya mendengar bermacam-macam pandangan dari para pemuka Muhajirin itu. Setelah selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya lagi: Adakah yang mau memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua telah memberikan pendapat kamu?! jawab mereka: "Kami sudah berikan apa yang harus kami sampaikan!". "Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar semua apa yang hendak kamu katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku yang berada di tangannya! Kalau aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan selamat. Betapa tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari langit telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi ada suatu hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di Madinah untuk membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada bantuannya. Demi Allah, aku tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak. Demi Allah, jika dia enggan membenarkan sekalipun, aku tidak akan memaksanya! Kini tahulah para pemuka Muhajirin itu, bahwa khalifah mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya. Abu Bakar ra. lalu pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar membiarkan Umar ra. tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra. setuju. Untuk meyakinkan dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi: "Benar engkau mengizinkannya dengan hati yang rela?" Jawab Usamah: "ya!". Khalifah Abu Bakar ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak ada seorang pun mengelakkan dirinya dari menyertai pasukan Usamah itu sesuai dengan perintah Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Dia berkata lagi: "Siapa saja yang melewatkan dirinya untuk keluar, niscaya aku akan menyuruhnya mengejar pasukan itu dengan berjalan kaki". Kemudian Abu Bakar ra. memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan pengangkatan Usamah sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta menyuruh mereka ikut keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada seoran pun yang berani memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah mulai bergerak, Abu Bakar ra. datang untuk mengucapkan selamat berangkat kepada mereka. Usamah mendahului para sahabatnya dari Jaraf, dan mereka kurang lebih 3,000 orang, di antaranya ada 1,000 orang yang menunggang kuda. Abu Bakar ra. berjalan kaki di sisi Usamah ra. untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya: "Aku serahkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan kesudahan amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW sudah berpesan kepadamu, maka laksanakanlah segala pesannya itu, dan aku tidak ingin menambah apa-apa pun, tidak akan menyuruhmu apa pun atau melarangmu dari apa pun. Aku hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasuluflah SAW saja". Usamah ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa negeri yang tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi Juhainah dan lainnya dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di Wadilqura, Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah, dikenal dengan nama Huraits. Dia maju meninggalkan pasukan itu, hingga tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita di sana, kemudian dia kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu Usamah, bahwa rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mereka belum berkumpul untuk menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya pasukan Usamah segera menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan pasukan. (Ibnu Asakir: At-Tarikh 1:120, Kanzul Ummal 5:312. Fathul Bari 8:107)
Usamah ra. sebagai Panglima Ibnu Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah bin Zaid ra. bahwa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menyerang suku kaum Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di Jaraf di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk keluar berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat berdekatan dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan dan berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera datang ke perkemahan itu, dan siapa yang masih ada urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu. Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul, melainkan dia ikut dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta. Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada di antara kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu, karena usianya masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak mengkritiknya ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana Rasuluilah mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini, padahal banyak lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin perang". karena itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan kepemimpinan Usamah ra. Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta menjawab keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai tentang Usamah. Beliau SAW sangat marah, lalu memakai sorbannya dan keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah berkumpul di situ, beliau naik mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata: "Amma ba'du! Wahai sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya si Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka hendaklah kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah di antara sebaik-baik manusia di antara kamu!". Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya, pada hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum Muhajirin yang hendak berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada Rasulullah SAW untuk mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin Al-khatthab ra. dan Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka: "Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra. (yaitu ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah! Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra. berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa bimbang dalam perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan: "Biarkan segera Usamah berangkat!".Orang ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka menginap di situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW pada hari Ahad dan Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat. Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum wanita dari kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium Rasulullah SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua belah tangannya ke arah langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga kesemuanya telah siap untuk berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah SAW telah segar sedikit, maka aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal, kata Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera dengan diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah mereka karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian datang pula Abu Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan pernikahan puteri Kharijah, izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra. pun kembali kepada pasukannya yang sedang menunggu penntahnya untuk bergerak, dan dia telah memerintahkan siapa yang masih belum berkumpul di markasnya supaya segera datang karena sudah tiba waktunya untuk bergerak. Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya, datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan pasukan itu, dan segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika matahari tenggelam pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang bermarkas di Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah. Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil bendera perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak dilipat sehingga Usamah memimpin pasukannya berangkat ke medan perang Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia. Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab, sebagian mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra. memanggil Usamah lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat memerangi bangsa Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelum wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan untuk memegang bendera perang telah berada di markasnya di sana. Tetapi para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang kepada Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah! Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar engkau akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami pada masa ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua. Yang satu untuk engkau kirimkan kepada kaum Arab yang murtad itu untuk mengembalikan mereka kepada Islam, dan yang lain engkau pertahankan di Madinah untuk menjaganya, siapa tahu kalau-kalau ada yang datang untuk menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak, maka yang tinggal di sini hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana mereka dapat mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum Romawi itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih dahulu, kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa Romawi itu, bukankah itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang dari bangsa Romawi itu untuk datang menyerang kita pada masa ini!. Abu Bakar ra. hanya mendengar bermacam-macam pandangan dari para pemuka Muhajirin itu. Setelah selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya lagi: Adakah yang mau memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua telah memberikan pendapat kamu?! jawab mereka: "Kami sudah berikan apa yang harus kami sampaikan!". "Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar semua apa yang hendak kamu katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku yang berada di tangannya! Kalau aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan selamat. Betapa tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari langit telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi ada suatu hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di Madinah untuk membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada bantuannya. Demi Allah, aku tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak. Demi Allah, jika dia enggan membenarkan sekalipun, aku tidak akan memaksanya! Kini tahulah para pemuka Muhajirin itu, bahwa khalifah mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya. Abu Bakar ra. lalu pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar membiarkan Umar ra. tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra. setuju. Untuk meyakinkan dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi: "Benar engkau mengizinkannya dengan hati yang rela?" Jawab Usamah: "ya!". Khalifah Abu Bakar ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak ada seorang pun mengelakkan dirinya dari menyertai pasukan Usamah itu sesuai dengan perintah Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Dia berkata lagi: "Siapa saja yang melewatkan dirinya untuk keluar, niscaya aku akan menyuruhnya mengejar pasukan itu dengan berjalan kaki". Kemudian Abu Bakar ra. memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan pengangkatan Usamah sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta menyuruh mereka ikut keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada seoran pun yang berani memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah mulai bergerak, Abu Bakar ra. datang untuk mengucapkan selamat berangkat kepada mereka. Usamah mendahului para sahabatnya dari Jaraf, dan mereka kurang lebih 3,000 orang, di antaranya ada 1,000 orang yang menunggang kuda. Abu Bakar ra. berjalan kaki di sisi Usamah ra. untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya: "Aku serahkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan kesudahan amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW sudah berpesan kepadamu, maka laksanakanlah segala pesannya itu, dan aku tidak ingin menambah apa-apa pun, tidak akan menyuruhmu apa pun atau melarangmu dari apa pun. Aku hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasuluflah SAW saja". Usamah ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa negeri yang tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi Juhainah dan lainnya dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di Wadilqura, Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah, dikenal dengan nama Huraits. Dia maju meninggalkan pasukan itu, hingga tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita di sana, kemudian dia kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu Usamah, bahwa rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mereka belum berkumpul untuk menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya pasukan Usamah segera menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan pasukan. (Ibnu Asakir: At-Tarikh 1:120, Kanzul Ummal 5:312. Fathul Bari 8:107)
Wednesday, October 18, 2006
Pesantren Ramadhan
Pesantren Ramadhan
View on Grouper.com | Add to Blogger Blog |
The song from pesantren anak sholeh
Add a video comment to this video
Sunday, October 15, 2006
Sincerity Coming from The Heart
Remembering the research about the word Insya Alloh by Joko Susanto in University of Queensaland, I found there are a few voilation against the sacred expression as such. This remind me the idea that came to me as a lady wishpered to tell me to say "MasyaAlloh" when I have to praise the child. I was just feel odd as apparently my level of piety was not as high as hers. This is so un me, I thought. Still the expression wouldn't come out from my mouth - I admitted I just said Subhanalloh once. The arabic expression I currently use in my subconscious mind are just very simple like Astagfirullah, Insyaalloh - with some meaning violated, Alhamdulillah and Bismillah and MasyaAlloh in a very limited condition. I just don't want to - kind of - utter those unfamiliar expression like masyaAlloh or Subhanalloh in the wrong context and without my sincerity. I plan one day, I would say those dzikr expression when I am ready and those exprssion are coming from my deep in side. I just don't want to say it becoz of others or for showing off that my level of piety is higher than others. Naudzubillah. I just coudn't be up to the scratch.
Sunday, October 08, 2006
Energized Up Ramadhan in Children Pesantren
It was unexpected that I was willing to come for the invitation for being a commitee of Islamic short course in Ramadhan. I just didn't understand my slacking habit suddenly disappeared. Alhamdulillah, most of the commitee were among the close friends. In the first meeting I proposed my daughter song that I wrote long time ago. Then I remember the Islamic holiday activity in Southbank where Lara made a middle eastern doll. The experience inspired me to apply what I had learnt in multiliteracies study about the framework. I was thinking that the New london Groups' fourth concept (Situated Practice, overt instruction, critical faming (irrelevant in this case) and the transform practice) can be applied in this short course, implementing concept through real work and practice. Then I just took the three of them. Their real works were prtrayed though the doll making "women in hijab" and the Mosque collage.
To cut the story short, we arranged everythings in our best ideas. Lots of inspiration came through. The plan and the booklet had in the final draft with lots of activities for children. We devided the kids into two groups, the above 9 and the under 9. The girls took the the younger one as the boys seemed to be not really ready with younger kids. It looked to me everything would be undercontrol including the funds from the Moslem society had no problem at all though the reimbursment system was applied. I didn't mind using my financial source at all. We bought, craft material, goodies bag, and bit and pieces for the whole lots, as well as lots of presents for kids for the winner in the competition. The competition covered; Show n tell with islamic collage - how they could tell their pictorial stimuli in the relation to Islam; Short du'ahs recitation; the best Ied card and the surah recitation.
To cut the story short, we arranged everythings in our best ideas. Lots of inspiration came through. The plan and the booklet had in the final draft with lots of activities for children. We devided the kids into two groups, the above 9 and the under 9. The girls took the the younger one as the boys seemed to be not really ready with younger kids. It looked to me everything would be undercontrol including the funds from the Moslem society had no problem at all though the reimbursment system was applied. I didn't mind using my financial source at all. We bought, craft material, goodies bag, and bit and pieces for the whole lots, as well as lots of presents for kids for the winner in the competition. The competition covered; Show n tell with islamic collage - how they could tell their pictorial stimuli in the relation to Islam; Short du'ahs recitation; the best Ied card and the surah recitation.
Monday, October 02, 2006
Songs In Ramadhan
It's been along time I've been thinking about how the children learn Islam in a fun way. I don't wanna hear any more about the little kid's comment "I don't wanna do shalat", "what for we do all these?" n the unexpected question "Mommy when you were a kid, did you choose Islam to be your religion?" It was schoking. What did I have to answer? Time after time all the complaints and the schocking question has been answered without being said. All those things made me make up my mind to put her through into our best way of living.
Having some new experience working in a childcare centre, I understand now, kids always want to be active, fun, move, sing and playing silly things. Then lately I was called by a friend who will host the molem short course activity welcoming Ramadhan. I was just thinking about the song I wrote for my daughter. I looked up my diary where I wote them, expecting to be useful for the short course. I wote the religious lyrics and using the Nursery Rhymes, and I got them.
Having some new experience working in a childcare centre, I understand now, kids always want to be active, fun, move, sing and playing silly things. Then lately I was called by a friend who will host the molem short course activity welcoming Ramadhan. I was just thinking about the song I wrote for my daughter. I looked up my diary where I wote them, expecting to be useful for the short course. I wote the religious lyrics and using the Nursery Rhymes, and I got them.
This is the way ....
This is the way we do wudhu, do wudhu, do wudhu
This is the way we do wudhu,
Before we do shalah
This is the way we do wudhu, do wudhu, do wudhu
This is the way we do wudhu,
Before we do shalah
Fasting in Ramadhan
We are fasting, we are fasting
Becoz of Allah, becoz of Allah
Fasting in Ramadhan, fasting in Ramadhan
All day long, all day long
Iedul Fitri
Everybody's happy
When Iedul fitri comes
Comes to the mosque
To celebrate the day
We are all happy no matter who we are
and Everybody's happy
When Iedul fitri comes
When Iedul fitri comes
Learn to Shalah
When I was 4 I learnt shalah
The way that moslems do
We face Kiblah to do shalah and never to forget
We do Shubuh, Dzuhr, Ashr, Maghrib, Isya
We do them everyday
We feel happy after shalah coz Allah will love us
When I was 4 I learnt shalah
The way that moslems do
We face Kiblah to do shalah and never to forget
We do Shubuh, Dzuhr, Ashr, Maghrib, Isya
We do them everyday
We feel happy after shalah coz Allah will love us
Lyrics are copyrighted - all originally written by afi
Islamic activity in SouthBank
What a coincidence, this school holiday comes together with Ramadhan. In the first week of the school holiday Southbank Parkland held numerous remarkable activities. What came to make it special was that the activities were about the Art Workshop. General/Aussy Art Workshop might sound ordinary but last week (I'm not sure this week) the theme of the workshop was about the Islam. I wondered if they made it because school holiday and Ramadhan or else. The nuance of Islam colored the Suncorp Piazza, like the sound of Adzan, Cat Steven Nasyid and many more such as Asma'ul Husna. The sound was explained to the participant who were mostly Australian and not moslems in the middle of the workshop by a moslem lady who was hired to guide the Islamic Art Workshop. She was Shamima with her 3-year-old kid. We had a little chat talking about learning (introducing) Islam through art for kids and she invited me to the Kuraby mosque to have the Islamic Play Group that I was hopeless to join due to the distance. The workshop she hosted was making a middle eastern doll with a head cover. And I think it was only their "Hands On Art" terminology - It doesn't mean all middle easterner women are moslem, anyway whatever the name was, this was gonna be good. The title of the program was
Across the Piazza the Bungee Trampoline was really the biggest temptation for Lara. Trying the Trampoline for $10 wouldn't dig my deep wallet as long as she finished her fasting until 12.00. She did it and got the reward for fasting.
The same but different- It's A Wrap and Middle Eastern DollSo they introduced the Aussy kids what hijab was and they were allowed to ask anything about Islam. This was a good point where people out there would no more put us in a bad stereotyping. This was a kind of eliciting awareness through non-moslem community.
Hands On Art and South Bank Corporation present Islamic Art workshops for children of all
ages.
Hijab is a head cover that Muslim women usually wear to cover their
hair and head. In this workshop children explore the meaning and value of hair
covering, and learn the different ways of wrapping a scarf or cloth around the
head. The workshop involves painting on large rectangular pieces of fabric. Kids
create a scarf design inspired by Islamic art. Making a doll with any types of hijab in different moslem countries.
Across the Piazza the Bungee Trampoline was really the biggest temptation for Lara. Trying the Trampoline for $10 wouldn't dig my deep wallet as long as she finished her fasting until 12.00. She did it and got the reward for fasting.
A four in one bungee
trampoline for anyone of any age group. Secured and safe in an adjustable,
purpose built harness, people are free to experiment with acrobatic movements or
simply jump as high as they can.
Subscribe to:
Posts (Atom)