Friday, October 20, 2006

To good to be missed

This article is quoted from the mail-list. It's too good to be deleted, I saved it here for the time to ponder.

Photobucket - Video and Image Hosting

BERTAFAKURLAH. ... (Merenunglah. .)Sumber "Mencari Mutiara di Dasar Hati" catatan Perenungan Ruhani (Moh. Nursani), Tarbawi Press.

Saudaraku ... Satu di antara pekerjaan syaitan adalah menimbulkan keraguan dan khayalan kosong. Keraguan dan khayalan umumnya akan mengarahkan pada kekhawatiran dan putus asa dari rahmat Allah. Gelisah yg tak jelas apa yg menjadi inti kegelisahan, padahal segala sesuatu yg dikhawatirkan itu belum tentu terjadi.

Gundah yg tak ada asalnya, padahal peristiwa yg melahirkan kegundahan itu belum dialami. Sungguh kita kerap menjadi objek syaitan. Syaitanlah yg berjanji, "Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pd mereka"(QS. An-Nisa:119) .

Saudaraku ... Jauhilah pikiran yg tdk bermanfaat. Buanglah kekhawatiran yg tdk pd tempatnya. Campakkan khayalan kosong yg tak jelas ujung pangkalnya itu. Karena semuanya takkan menambah apa-apa kecuali membuat kita bisa makin terpuruk pd jerat frustasi dan ketakutan yg tak mendasar. Kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan yg tak ada ujung pangkalnya. Merasa sunyi dalam keramaian. Sedih di tengah kegembiraan. Atau bahkan, mati di tengah sejuta harapan utk hidup. Jika kita pernah mengalami suasana hati seperti itu, maka Allah SWT memberikan jawabannya. "Sesungguhnya orang-orang yg bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat pada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan nya" (QS. Al-A`raf:201- 202) itulah jawaban dari Allah SWT.

Saudaraku yg dikasihi Allah, Menurut Imam al-Ghazali, awal dari segala perbuatan adalah kegiatan berfikir. Karenanya, orang yg selalu berfikir panjang dan mendalam (bertafakur) akan lebih mudah melaksanakan segala ibadah ketaatan yg lainnya. "Jika sudah sampai di hati, maka keadaan hati akan berubah. Jika hati sudah berubah, maka perilaku anggota badan akan berubah. Jika pebuatan mengikuti keadaan, maka keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran. Oleh karena itu pikiran adalah awal kunci segala kebaikan." (Abu Hamid al-Ghazaly, Ihya `Ulumuddin,IV/ 389).

Bertafakur bukan berkhayal dan berangan-angan kosong. Bukan memikirkan soal keduniaan yg tak pernah habis. Bukan menguras pikiran utk membahas problematika hidup yg hanya ada di dunia. Tapi mengarahkan kita utk memikirkan fenomena alam dan kaitannya dg keimanan. Itulah tafakur yg akan mempunyai pengaruh pada kebersihan hati. Tafakur adalah berfikir menerawang jauh dan merobos alam dunia ke dalam alam akhirat, dari alam ciptaan menuju kepada Sang Pencipta. Berfikir kadang hanya terbatas pada upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan dunia, sedang tafakur dapat menerobos sempitnya dunia ini menuju alam akhirat yg luas, keluar dari belenggu materi menuju alam spiritual yg tiada batas.Karena itu, jika kita memiliki hati yg selalu merenung atau bertafakur ttg ketinggian dan keagungan Allah SWT serta memikirkan kehidupan akhirat, keadaan itu akan memberi kemampuan kita membongkar dgn mudah niat-niat jahat yg terlintas dlm benak kita sendiri. Kita akan memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil dzikir dan tafakur yg berkesinambungan itu. Setiap kali terlintas suatu niat jahat atau buruk, maka pikiran, perasaan dan pandangan baik kita dapat segera mengetahui dan mengendalikan diri utk menghancurkan niat jahat atau buruk itu.Sungguh tepat sekali apa yg diwasiatkan Amir bin Abi Qais rahimullah, "Aku mendengar bukan satu kali, dua kali atau tiga kali dari sahabat nabi yg mengatakan, "Sesungguhnya pelita atau cahaya keimanan itu ada pada tafakur." Sofyan bin Uyainah juga pernah mengatakan, "Pemikiran itu adalah cahaya yg masuk dlm hatimu dan mungkin bisa digambarkan spt dalam syair: 'Jika seseorang bertafakur, maka segala sesuatu ada pelajaran baginya" (Tafsir ibnu Kastir, 1/438)Atau lihatlah kebiasaan bertafakur Abu Sulaiman ad-Darani, seorang shalih dari generasi tabiin, sehingga ia kerap dapat memetik pelajaran utk dirinya. "Sekedar aku keluar dari rumah dan apa yg tertangkap oleh mataku, pasti aku melihat bahwa ada nikmat Allah atasku dari apa yang kulihat. Dan dari sana aku memetik pelajaran untukku." (Tafsir Ibnu katsir, 1/438).Saudaraku,Pernah ada seorang pemuda yg mengeluh akan kebekuan hatinya kepada seorang ulama besar, hasan al-banna. Hasan al-banna lalu mengatakan, "Berfikirlah dan berdzikir dlm waktu-waktu senyap, saat-saat kesendirian. Munajat dan merenungi alam semesta yg sangat istimewa dan menganggumkan, kemudian mengangungkan keindahan dan kemuliaan Allah dari alam semesta itu, lalu menyinambungkan kegiatan seperti itu, berlama - lama memikirkan hal itu dgn menghadirkan keangungan Sang Pencipta. Menggerakkan hati, lisan terhadap semua tanda - tanda keagungan yg menajubkan dan hikmah Allah yg sangat tinggi. Semua itu wahai saudaraku yang mullia, tafakkur akan menjadikan hatimu hidup, sinarnya akan menerangi seluruh sisi jiwa dgn keimanan dan keyakinan. Bukankah Allah SWT berfirman dlm al-Qur`an, "Sesungguhhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda bagi ulul albab (orang yang berakal)". (al-Aqidah, Sayyid Qutb,104).Pikirkanlah, Allah selalu melihat di mana saja kita berada. Kekuasaan-Nya sangat dekat dgn diri kita bahkan ada di urat nyawa kita. Mungkin, meski sangat dekat, kita tidak merasakannya. Kita sudah melakukan kesombongan dan maksiat yg menyebabkan kita menjadi semakin 'jauh' dengan Allah. Dosa kita menjadi 'hijab' yg menghalangi kita dari merasakan kebesaran Allah SWT. Siapa yg merasakan kebesaran Allah SWT, siapa yg merasakan keadaan ini? Hanya kita sendiri. Orang lain tidak dapat menilai sejauh mana kedekatan kita dgn Allah kecuali hanya melihat dan menilai secra zahir. Sementara dari segi batinnya, hanya Allah yg Maha Mengetahui.Mari sama-sama bertafakur saudaraku,Bertafakur, apakah semua nikmat Allah itu sudah kita syukuri. Bertafakur, apakah karunia Allah di alam semesta ini telah menjadikan kita lebih mencintai dan mengagungkan Allah sebagai Penciptanya? Bertafakur, bagaimana kehidupan kita di akhirat? Bertafakurlah, bagaimana nasib kita setelah mati? Bertafakurlah, bagaimana keadaan kita di dalam kuburan? Bertafakurlah apakah kita akan memasuki surga atau neraka? Bertafakurlah, apakah timbangan amal kita sudah cukup?Bertafakurlah. ..

1 comment:

A Decent Man said...

Assalaamualaikum Wr. Wb., Sungguh satu nasihat yang baik sekali. Mengena di hati karena sering sekali pikiran kita terganggu dan gundah yang tak jelas asalnya. padahal belum kejadian. Ternyata ini sungguh2 godaan syaitan. beruntung sekali jika setiap saat kita bisa bertafakur memuja kebesaran Allah SWT.
Wassalam,