Wednesday, September 20, 2006

Bullying Among Us

Beberapa minggu lalu sebuah artikel di Republika membahas tentang indahnya memaafkan. Tertulis "memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan". Memang hati dan ucapan kadang tak bisa begitu saja seia sekata. Semua tahu alangkah arifnya bila kita bisa memaafkan kesalahan orang lain yang pernah menyakiti kita. Tapi mulut bisa berucap untuk memaafkan tapi hati meski diusahakan dalam hati untuk memaafkannya tapi subconsciously (alam bawah sadar) gak pernah bisa apalagi bila yang menyakiti tidak meminta maaf.

Kesalahan-kesalahan ucap yang menyakiti hati berasal dari ucapan-ucapan tak berkenan, biasanya mereka pelontar kata-kata menyakitkan akan bersembunyi dibalik kelakar. Kelakar adalah excuse seorang pecundang yang menyalahgunakan dalih positive thinking. Mungkin ini bisa dikategorikan sebagai bullying. Bila seseorang tersakiti hatinya karena kelakar, yang disalahkan adalah si korban yang disakiti hatinya. Entah mengapa, diterima ataupun tidak, masyarakat Indonesia berkecenderunganna suka bercanda dengan memojokan orang. Canda akan berhasil bila ada orang yang dijadikan bulan-bulanan dan disudutkan. Entah sifat setan mana yang menyelinap di hati mereka sehingga mereka sampai dibutakan untuk meraba hati, berempati terhadap orang-orang yang selalu digunjing dan dipojokkannya. Apakah ini sudah menjadi suatu NORMA di kalangan masyarakat Indonesia bahwa humor yang super lucu adalah humor yang menertawkan orang. Bila ini sudah menjadi sebuah Norma dan budaya alangkah tak beradabnya kaum ini. Hal ini ditandai bila korban pelecehan humor menjadi pihak yang disalahkan oleh para pehumor. The bullied being blamed. Sehingga para pehumorlah yang menjadi pahlawan bila si korban protes. Bisa di katakan masyarakat Indonesia karena mungkin cukuplah untuk diambil sebuah sample di Brisbane ini. Masyarakat asal Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia dalam komunity scholars. Banyak tanda-tanda ucapan yang tak begitu manis didengar, terutama oleh orang yang dilecehkan. Contoh dalam suatu barbeque, seorang mengatakan "rasanya haram kalo gak ngerjain orang sehari saja". Na'udzubillah .... Contoh lain yang mungkin adalah sebuah dilema. Disatu pihak memaafkan adalah wajib di pihak lain berat sekali untuk mengikhlaskannya. Memaafkan sebelum menjalankan ibadah puasa adalah membersihkan hati untuk meraih Ramadhan yang suci. Mungkin jalan keluarnya adalah hanya berdoa kepada Alloh, karena contoh humor ini rasanya gak bisa diterima bahkan 'humor' ini terucap dalam sebuah usrah. Seseorang mengatakan kepada teman (atau entah orang yang tak begitu disukainya-maaf bukan judgement) "Jauhkan dari orang yang terkutuk" yang ditujukan kepada seorang perempuan yang sangat bingung memahaminnya mengapa ia dikatakan terkutuk. Setahu dia yang terkutuk adalah syetan. Tapi perempuan bingung itu kemudian berdo'a.

Ya ... alloh bersihkan hatiku dengan memaafkannya dan mohon engkau peringatkan dia dengan kesalahan yang telah dia perbuat kepada hamaba Mu. Ingatkan dia yang telah menyebutku 'orang terkutuk'. Peringatkan dia akan apa yang telah diucapkannya kepadaku. Mohon lapangkan hatiku untuk memaafkannya. Mohon perlihatkan kepadanya bahwa saya bukan 'orang terkutuk'. Tunjukkan kepadaku ya Alloh ...amien.

Itu hanyalah sekelumit contoh kecil yang nantinya pasti berefek ke generasi berikutnya. Hal ini termasuk kehati-hatian dalam berucap karena kehati-hatian adalah bagian dari taqwa Abu Hurairah menegaskan bahwa hakikat takwa adalah kehati-hatian dalam menjalani kehidupan ini karena khawatir terjerumus ke dalam dosa. Hal itulah yang selalu ditegaskan Rasulullah, ''Seorang Mukmin tidak akan mencapai derajat takwa hingga meninggalkan hal-hal yang tidak berguna karena khawatir terjerumus ke dalam hal-hal yang haram.'' (HR al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibn Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi).

Itu dari sudut pandang agama, supaya lebih netral coba kita lihat dari sudut phenomena sosial. Melecehkan teman untuk menjadi bahan tertawaan mungkin di kultur barat dianggap tidak senonoh dan di sebut BULLY. Bullying sebenarnya banyak terjadi di kalangan anak-anak tetapi apakan masyarakat Indonesia dewasa ingin dikatakan childish dan tidak mature dengan membully sesama teman padahal gelar yang akan disandang adalah Ph. D atau bahkan sudah menyandang. Untuk menghindari hal ini, mestinya dibahas tanpa ada rasa taboo atau sungkan karena mereka memandang bahasa adalah sebagai suatu pemecahan masalah dengan cara mendiskusikannya tanpa merasa ada siapapun yang tersinggung termasuk si pem-bully yang wajar aja kalau tersinggung karena dia telah mem-voilated the social life seseorang. Definisi Bully adalah " an individual who torments others through verbal harassment, physical assault, or other more subtle methods of coercion." Phenomena yang banyak terjadi di sini adalah torments through verbal harrasment yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat yang tidak pernah kritis dengan phenomena sosialnya dan nrimo apalagi bila yang membully punya power. Bully sebenarnya sudah banyak peneliatiannya diantaranya mengindikasikan bahwa Bully mengandung empat element yaitu: tindakan agresif dan negatif, tindakan tsb dilakukan berulang-ulang, bully ini juga terjadi bila adanya ketidakseimbangan power diantara orang-orang sekitarnya dan bully juga terjadi dengan sengaja. Kemudian ada dua kategory bullying yaitu direct bullying misalnya dengan melecehkan dan atau menyudutkan seseorang didepan umum untuk menjadi bahan tertawaan - percaya gak percaya hal ini terjadi di majlis ta'lim. And indirect bullying misalnya menyebarkan gossip, menunjukan tak ingin bersosialisasi apalagi silaturahmi dengan orang yang di bully-in, mengkritik penampilan seseorang, kebiasaan dsb.

Kita bisa melihat seseorang ini mem-bully dengan cara:

  • memanggil nama orang yang diassosiasikan dengan sesuatu negative dan menjadi bahan tertawaan atau memanggil dengan sebutan yang tak wajar seperti contoh tadi, menyebut orang terkutuk yang ditujukan pada seseorang.
  • adanya tindakan fisik dengan menyentuh atau merusak badan atau barang2nya
  • Making fun, membuat oranga memjadi bahan tertawaan dengan cara apapun
  • bersuara dengan maksud merendahkan orang atau membuat orang tertekan e.g., bersiul atau membanting
  • menyebar gossip
  • merendahkan reputasi orang
  • ngerjain orang - memuat seseorang melakukan apa yang dia gak mau perbuat.
  • mengucapkan kata-kata yang tak pantas mengenai keluarga (terutama ibu), ras, income level
  • mengisolasi seseorang dari linngkungan sosial

Bullying ini sepertinya dianggap sepele sekali oleh teman-teman kita padahal di UQ, kita bisa lapor kalo ada yang bully-in kita. Kemudain tentang bully awareness juga diindikasikan dengan dibuatnya brosur-brosur tentang harrasment dan inclusive language yang diantaranya tidak merendahkan kaum perempuan.

Jangan harap bullying akan menjadi Plausible Deniability.

dari berbagai sumber - boleh lihat di wikipedia

1 comment:

just Endang said...

T-O-P B-G-T deh,postingan ini...iya, kita sering terjebak kondisi bully-membully ini, sengaja dan tidak sengaja.Sebenernya kalo mo jujur, gak nyaman kan ya dgn kondisi itu, sakit hati tp gak berani ngomong,atau krn kita yg membully org,jd gak bisa tidur inget dosa...masing-masing kita sadar aja kali ya mbak...salam kenal..